Semua orang saat ini sudah duduk melingkar di lantai 1 studio X. Keempat pria disana saling memandang satu sama lain secara bergantian. Berbagai pertanyaan seperti, "Kok ada dia?" "Loh dia kenal Viviane?" sedari tadi muncul di kepala mereka.
Terkecuali Kamga—yang tidak mengenal satupun orang disana kecuali Theo dan William tentu saja. Siapa juga yang tidak kenal Theo Hadisurya? Wajah dan namanya sering muncul dimana-mana.
"lni ada yang bisa jelasin dulu gak kenapa diskusinya malah jadi kayak rapat BPUPKI gini?" William yang pertama bicara memecah hening diantara mereka.
"Tunggu tunggu. Menurut gue, lebih afdol kalo lo pada kenalin diri lo dan jelasin maksud tujuan lo ada disini apa." Kamga menambahkan.
Viviane setuju dengan usul Kamga. Gadis itu menunjuk kearah Edgar yang duduk dipaling ujung sebelah kanan. Meminta Edgar untuk memulai duluan.
"Gue Edgar. Gue kesini karena tadi adek lo—Emily, nelepon Mahesa panik kepikiran lo terus seharian. Akhirnya Mahesa minta gue buat cari lo dan bawa dia ke Emily."
"Kok lo bisa tau gue disini?"
"Tenang. Don't get me wrong. I'm not a stalker. Gue dapet info dari adek lo. Lewat find my."
Viviane menepuk jidatnya. Ia baru ingat kalau selama ini mereka saling berbagi lokasi lewat aplikasi tersebut.
"Terus kalo lo?"
Edgar balik bertanya kepada Kamga.
"Viviane lagi disini pas Theo telepon. Gue yang minta dia buat diskusi disini aja. Selain aman dari media, bisa gue bantu juga kalo lo berdua buntu jalan keluar."
Ketiga pria itu mengangguk. Masuk akal alasannya.
"Kalo saya kayaknya udah jelas ya? Gak perlu ditanya lagi." Theo menambahkan.
"Kalo lo?"
William menunjuk dirinya untuk memastikan.
"Gue?"
Lalu ketiga manusia lainnya tertawa. Kamga, Theo, dan Alvin.
Mereka menertawakan keluguan Edgar yang jadi satu-satunya orang yang belum tahu bahwa studio X ini adalah milik William.
"Gue..." William sedikit melirik kearah Viviane yang berada beberapa centimeter disampingnya. Saat mata mereka bertemu, entah kenapa semua keraguan William tiba-tiba hilang.
Ia tersenyum sambil melipat kedua tangannya di dadanya.
"Gue pacar Viviane."
Ketiga laki-laki yang daritadi sibuk tertawa sontak terdiam mendengar jawaban William.
"What?" seru Theo sampai menaikan kedua alisnya saking tidak percayanya.
"Hahaha lucu banget bercandaan lu Wil." Kamga kembali tertawa geli sambil menepuk pundak William.
"Lah gue serius. Tanya aja sama Viviane."
"Viv, emang iya?" pertanyaannya Kamga kini beralih untuk gadis satu-satunya di tempat itu.
Gadis itu mengangguk sedikit ragu.
"EDAN!" ujar Alvin—yang mewakilkan reaksi semua orang saat ini.
Kamga berjalan kearah William dengan cepat, "Kok lo curi start?" ujarnya sewot.
"Dari awal gue gak berencana jadi maling kok disini." jawabnya santai.
"Sebentar. Jadi kalo William pacar Viviane, semalam pas saya cium dia berarti kamu..."
"Yes. He was mad like a mad dog last night." sela Viviane cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened in Rome
Romance"Pokoknya, jangan pernah terlalu membenci sesuatu karena what goes around, comes around." - Viviane. Credit picture goes to its owner.