Nine

153 28 8
                                    

Note: for some reasons, I (purposely) change "kos" into "apartment" ya. Please mind the typo kalo kalian baca kos itu berarti apart. I'll edit it later. <3

🍂🍂🍂

Viviane tidak ingat kapan terakhir kali ia bangun tidur dengan perasaan sesenang ini. Biasanya, ia bangun tidur langsung bergegas bersiap-siap untuk kembali bekerja. Namun pagi ini sedikit berbeda. Ia terbangun dengan mood yang bagus. Ketika ia membuka mata, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan William yang masih tertidur di sebelahnya. Laki-laki itu terus memeluknya semalaman, memberikan rasa hangat dan nyaman untuk Viviane.

Momen memandangi wajah William harus berhenti karena ponsel William berbunyi. Laki-laki itu terbangun lalu meraih ponselnya masih dalam keadaan menutup matanya.

"Ya?"

"Lo dimana nyet? Pemotretan mulai 1 jam lagi tapi lo gak ada di studio."

Rupayan telepon dari Kamga.

Matanya membulat begitu ia melirik jam yang sudah menunjukan pukul 7.15 pagi.

"Shit." umpatnya

"Oke gue siap-siap. Gak akan telat, I promise."

Setelah panggilan dimatikan, William tersenyum kepada sang gadis.

"Ada jadwal dimana Will?"

"Studio. Biasa, jadwal Kamga tapi dia maunya gue yang fotoin."

Viviane terkekeh dengan jawaban William. Kamga ini agak posesif kalau masalah kerjaan. Maunya cuman sama William. Kalau bukan William, dia gak mau lanjutin.

"Yaampun. Kalau orang ngira kamu sama Kamga pacaran, udah gak heran sih Will." tambah Viviane ditengah tawanya.

"Gue? Sama Kamga? Yakali Viv. Lo gak inget emang gimana wild nya gue sama lo semalem? Masa iya tiba-tiba jadi Kamga."

Pipi Viviane jadi bersemu merah. Rasanya ia masih malu jika mengingat bagaimana panasnya kegiatan mereka semalam. Lucunya, mereka bahkan sampai lupa pesan makanan. Alhasil pagi ini mereka bangun tidur dengan perut yang berbunyi.

"Ssst, udah sana siap-siap deh lo." katanya sambil melempar sebuah bantal kearah William. Yang dilempari hanya tertawa geli karena berhasil menggoda sang gadis. William sempat mengusap pelan rambut Viviane dulu sebelum akhirnya turun dari kasur untuk bersiap-siap.

"Lo juga siap-siap ya. Gue anter sekalian ke kantor." ujarnya sebelum masuk kamar mandi.

Keduanya bersiap secara express karena mereka dikejar waktu. Viviane membuat bekal toast coklat untuk keduanya sarapan di jalan. Jam 7.55 tepat, mereka sampai di kantor Viviane. William dapat melihat dengan jelas bahwa laki-laki stalker kemarin masih berjualan di toko seberang jalan. Ia sengaja keluar dari mobil untuk membukakan pintu Viviane agar dilihat oleh orang aneh tersebut.

Sayangnya, ia tidak bisa mampir ke toko tersebut karena ia juga dikejar waktu. Padahal William sudah semangat mau melabrak wajah pria aneh itu lagi.

Mungkin nanti, ketika jemput Viviane.

Sisa hari mereka dilanjutkan dengan kesibukan masing-masing. Viviane sibuk menguruskan laporan keuangan client, sedangkan William sibuk pindah dari tempat satu ke tempat lain untuk menjalankan pekerjaannya sebagai photographer.

What Happened in RomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang