Ten

96 24 0
                                    

H-2 acara Gala, Theo mengajak Viviane untuk fitting dress yang akan dia pakai saat hari H.

Iya.

Viviane berakhir menjadi plus one Theo daripada plus one William. Seperti yang dibilang Theo, ia tidak memberi Viviane pilihan. Gadis itu tidak bisa menolak. William sebenarnya kesal, karena ia merasa tidak adil. Power abuse, katanya. Tapi dia bisa apa? Dia hanya seorang fotografer yang diminta bekerja saat hari H. Ia tidak punya hak untuk mengatur keputusan client.

Awalnya, Theo menawarkan Viviane untuk beli baju saja. Namun tentu saja gadis itu menolak. Selain tidak enak karena merepotkan, ia juga sedikit merinding saat tahu bahwa toko-toko yang ditawarkan Theo adalah high end brand.

"Gila, dress apaan yang harganya seharga biaya hidup gue selama 5 tahun?" begitu kata Viviane.

Sulit awalnya untuk membujuk Theo untuk menerima penolakannya. Akhirnya ia menawarkan solusi lain yang menguntungkan kedua belah pihak.

Menyewa dress.

So here they are. Berada di salah satu butik penyewaan dress di Jakarta Selatan. Theo membiarkan Viviane memilih dress yang ia suka. Syarat dari Theo hanya 2, nyaman saat digunakan dan pastikan dress yang dipilih adalah long dress.

Viviane menetapkan pilihannya pada sebuah dress panjang berwarna fuschia dengan model shoulder off.  Setelah membayar biaya sewa dan tanda tangan perjanjian penyewaan, selesai sudah agenda mereka hari itu.

Namun tentu saja, bukan Theo namanya kalau tidak memaksa. Tanpa bertanya, ia mengarahkan mobilnya ke sebuah restaurant.

"Makan dulu ya Viv." katanya sambil melepas seatbelt. Viviane hanya menurut. Entah kenapa selama bersama Theo, ia sulit menolak. Jika diam, laki-laki itu terkesan mengintimidasi sehingga Viviane jadi takut.

Saat menunggu makan siang, Theo sempat memberitahu Viviane bahwa ia mau mampir dulu ke venue acara. Kali ini ia bertanya apakah gadis itu mau ikut atau tidak. Mungkin karena muka Viviane terlihat bosan, peka juga dia akhirnya. Namun tentu saja, lagi-lagi Viviane takut untuk menolak. Ia setuju dengan ajakan Theo untuk mampir. Toh katanya cuman sebentar, kan?

Sampai di venue, mood Viviane jadi kembali bagus ketika ia menangkap sosok seseorang yang ia kenal. Setidaknya kini ia punya teman ngobrol yang nyambung.

"How's the progress Will?" tanya Theo to the point begitu ia sampai di dalam venue.

"All good. Halo, you bring Viviane this time."

"Iya. Abis fitting dress juga. Saya cek dulu ke belakang ya."

Theo meninggalkan Viviane dan William untuk mengecek area belakang. Akhirnya Viviane bisa lepas dari Theo juga hari ini. Jujur saja, ia sudah cukup bosan karena sepanjang kegiatan, Theo jarang mengajaknya mengobrol.

"Do you like the dress?" William bertanya lebih dulu

"Banget. Nanti fotoin gue dong Will. Kapan lagi gue bisa pake baju mahal?"

"Sure thing."

"Lo ngapain disini?"

"Biasa Viv. Fotografer rasa panitia acaranya. Masa gue dari kemarin disuruh dateng ke venue buat cek dekor? Alasannya gue kan fotografernya jadi pasti tau harus gimana dekorasinya supaya hasil dokumentasinya bagus."

Viviane tertawa mendengar keluhan William. Sudah beberapa hari belakangan memang mereka berdua tidak pernah bertukar pesan atau bertemu secara langsung, William disibukkan dengan persiapan acara ini.

What Happened in RomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang