"Aza!"
Langkahku terhenti di anak tangga pertama, saat telingaku mendengar panggilan dari suara barithone di arah belakang.
"Gimana sekolah kamu?"
Aku mendengus dan memutar kedua bola mataku saat mendengar pertanyaan yang biasa dia tanyakan ketika aku pulang sekolah.
Tubuhku berbali menatap peria paruh baya yang masih terlihat sangat tampan dengan senyuman sinis, tanganku bersidakap di depan perut.
"Lebih baik dari di rumah."jawabku sinis dan kembali berbalik menaiki anak tangga satu per satu terburu-buru.
Dosa nggak sih berbicara seperti itu kepada ayah sendiri? dosa nggak sih bersikap kurang ajar sama ayah sendiri? dosa nggak sih kelakuanku ini? tapi mau bagaimana lagi? aku bukan artis yang bisa akting di depan semua orang kalau aku baik-baik saja.
Mungkin aku bisa ber-akting di depan siapapun kalau aku baik-baik saja, tapi di depan papa? aku nggak bisa. kenapa? mungkin karena sejak kecil aku di didik untuk gak berbohong sama orang tua sendiri, untuk berkata jujur apa yang di rasakan. mungkin karena itulah sikapku seperti ini sekarang.
"Kakak baru pulang?"
Langkahku otomotis terhenti mendengar suara yang mengagetkanku, suara yang bisa saja membuatku kena penyakit jantung dalam hitungan detik.
"Kamu ini.... iya aku baru pulang, kamu mau kemana?"tanyaku mengangkat satu alis saat melihat buku-buku pelajaran anak SD kelas 6 berada di tangan Ruby.
"Aku mau ngerjain tugas di rumah Rara, kakak anterin aku ya??"pinta Ruby dengan senyuman lima jarinya.
"Ogah!"jawabku cuek berlalu dari hadapan Ruby. masuk kedalam kamar -di depan kamar Ruby- dan melempar tas rancelku kelantai, tubuhku terhempas ke kasur masih dengan setelan sekolah yang lengkap, tanpa ada satupun yang hilang dari tubuhku.
"Ayo dong kak! please."
Aku gak bergeming, masih menatap langit kamar memikirkan kejadian kemaren malam yang begitu menyesakkan dada.
"Please. masak kakak nggak mau nganterin adikmu yang paling cantik ini, sih? kan aku mau ngerjain tugas kelompok kak... please yah? yah? yah? yah?"
Mataku melirik sinis ke Ruby yang menampilkan wajah memelasnya disertai puppy eyes.
"Mau ngerjain tugas kelompok, apa mau ngerjain gebetan?"tanyaku masih menatap Ruby sinis.
Ruby bergerak gelisah, wajahnya yang tadi memelas kini berubah menjadi merah padam.
"Masih SD udah centil. sekolah dulu yang bener."kataku acuh dan memeringkan tubuh, menghadap kearah jendela, menatap langit yang mulai menghitam.
"Yah kakak!!! ayo dong!! aku beliin converse yang udah lama kakak cari deh."
Tubuhku yang tadi miring kini duduk dengan tegap, menatap Ruby penuh minat, sedangkan Ruby cemberut menatapku sebal.
"Ayo!! katanya mau kerumah Rara."kataku dengan senyuman manis dan berjalan kearah pintu. Ruby mendengus sebelum mengikuti langkahku.
"Mau tidur sana apa di jemput?"tanyaku menatap Ruby yang berjalan di sebelahku.
"Liat entar kak, nanti aku sms. kakak nggak ganti baju?"
"Enggak. Males."jawabku cuek, terus menuruni tangga satu persatu.
"Kalian mau kemana?"tanya sebuah suara mengintrupsi langkah kita, membuat kita berhenti berjalan.
"Mau kerumah Rara Mah, bolehkan?"tanya Ruby membalikkan tubuhnya kearah suara.
Bahuku terangkat acuh dan kembali berjalan, gak perlu menunggu jawaban yang keluar dari mulut mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Love
Teen Fictiondisaat aku berdiri di sampingmu, kamu mengacuhkanku, seolah aku adalah cewek yang nggak kamu kenal. saat aku berdiri di depanmu kamu mengacuhkanku dan pergi tanpa kata. di saat aku ingin memegang tanganmu kamu menyentaknya dengan kasar dan...