Kenyataan Pahit

8.8K 460 34
                                    

sory no edit. mulai part besok aku privite. jadi hanya bisa di baca sama pengikutku aja. makasih.

dan beberapa part lagi, cerita ini akan teh end. Yeay! *sorak segembira mungkin*

>>>>>>>>>>>>>>>>

Kuangkat tanganku untuk mengetuk pintu di depan ragu-ragu, pikiranku berkecamuk. Aku memang suka dengan perkataan kak Verdhi, tapi gimana sama kak Chealse? Aku gak mungkin menghianati persahabatanku demi kak Verdhi. Apa sebaiknya aku batalain saja.

Kuturunkan tanganku, berbalik menatap semua orang di belakangku.

"Gua gak bisa, gua gak percaya sama omongan loe," kataku ragu, menatap Jason tajam.

Dia mendesah jengkel, tangannya terkepal erat yang jelas terlihat di mataku.

"Kalo loe gak mau, gua yang akan maksa dia buat keluar,"

Cepat-cepat aku berdiri di tengah-tengah pintu, merentangkan tangan menghalau tangannya yang ingin mengetuk pintu kamar kak Chealse.

"Gimana gua bisa percaya kalau loe aja main kasar, he? Jangan pernah main otot sama gua, inget! Ini di wilayah gua, gua bisa ngelakuin apapun yang gua mau di sini, bahkan gua bisa dengan mudah nyembunyiin kak Chealse lagi tanpa loe ketahui di mana keberadaan dia,"

Dia mendesis jengkel, melepaskan tangannya dari genggamanku. Tangannya merangkup wajah dan mengacak rambutnya kasar.

"Bilang sama gua apa yang harus gua lakuin demi liat dia? Bilang Naza, apa?!" tanyanya meremas pundakku kasar. Tanpa sadar aku merintih kesakitan.

"Loe bisa gak sih gak usah pake urat? Kalo loe kayak gini, gua setuju sama perkataan Naza, bahkan gua sendiri yang akan ngelindungi mereka," kata kak Verdhi, mendorong tubuh Jason kasar, membuat tubuh Jason limbung kebelakang tanpa tenaga.

"Gua hanya ingin ketemu sama dia, gua hanya ingin liat dia, gua hanya ingin bilang cinta dan maaf sama dia. Apa gua udah telat? Please Naza, gua mohon, hanya loe yang bisa bantuin gua ketemu dia,"

Aku terdiam, gak tau harus berbuat apa. Melihat air mata di wajah Jason mampu membuat hatiku bergetar kasian. Jujur, ini pilihan tersulit yang pernah ada.

"Gua gak tau Jason, gua takut loe nyakitin kak Chealse lebih dalam," akuku jujur. Suaraku melembut, melihatnya mengeluarkan air mata demi kak Chealse mampu membuatku begini. Karena aku tau, Jason bukanlah orang yang mudah untuk mengeluarkan air mata, apalagi itu demi cewek, dari gaya penampilannya terlihat jelas kalau dia itu badboy, urakan, atau apapun namanya itu.

"Gua emang brengsek, bajingan, tapi gua janji, gua gak akan pernah kasarin dia lagi, Za. Gua gak mau kehilangan dia lagi, please, temuin gua sama dia,"

Dadaku semakin bergejolak gak menentu. Air mataku jatuh begitu saja.

Dia membungkukkan badannya, berlutut di kakiku yang mampu membuatku membelo gak percaya. "Gua mohon Za, gua hanya ingin ketemu dia, meski itu hanya satu menit juga gak papa, asal gua liat dia, please!"

Kugigit bibirku kuat-kuat. Merasa bimbang sama apa yang harus aku lakuin. Mataku melirik kearah tante Velin yang sedang tersenyum manis, kepalanya mengangguk, di sebelah tante Velin ada kedua sepupuku, mereka juga memberiak reaksi sama.

Kuhela nafas panjang dan mengangguk. Biarkan apapu yang terjadi nanti, biar aku yang nanggung. Aku siap nanggung apapun.

"Berdiri, gua bukan patung yang harus loe sembah." Ucapku menarik tubuhnya untuk berdiri. Matanya menatapku penuh permohonan. "Gua akan bukain, kalo loe berdiri Jason, kalo loe gak berdiri, gua gak akan ketokin pintunya!" ancamanku mampu membuatnya menuruti perintahku. Dengan cepat dia berdiri, ingin rasanya aku terbahak, tapi aku tau, situasi sekarang gak mengijinkanku untuk tertawa.

That's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang