Untuk pertama kalinya suasana di meja makan seperti ini, nggak ada canda tawa, nggak ada ledekan-ledekan dari mulut papa untukku. dan seakan tau apa yang terjadi, adik serta kakakku diam, mereka khusyuk dengan makanan sendiri.
Mataku terus menatap nasi di depanku, mengacak-acaknya sebelum memasukkan kedalam mulut.
Drrt drrt drrt drrt
Getaran di ponsel membuat kefokusanku teralih dan mengambil benda mungil yang pintar, menempelkan ketelinga, menunggu seseorang di sebrang menyapa duluan.
"Hallo Za."
"Ya Tas?"
"Kita jadikan berangkat bareng hari ini?"
Bodoh! kenapa aku bisa lupa kalau aku berangkat sama Tasha?? setelah ia cuti ber hari-hari sebelumnya. aku khawatir sama dia, apa dia akan lulus mengingat dia yang sering sekali mengambil cuti?.
"Jadi kok. gua kesana sekarang."kataku menutup telpon sepihak dan berdiri dari kursi mencangklongkan tas rancel ke pundak kanan berlalu dari meja makan tanpa perlu berpamitan.
Tanganku merogoh saku baju sekolah mengambil kunci mobil dan menggenggamnya erat, mataku tertutup menahan rasa perih di hatiku dan kembali terbuka setelah menghela nafas panjang.
.
Mobil yang ku kenderai melaju membelah jalan raya, tangan kanan bertumpu pada jendela mobil untuk menopang kepalaku, tangan kiriku memegang stang kemudi. tatapanku kosong menatap jalanan di depan, aku nggak perduli jika nantinya aku akan di tabrak atau menabrak? itu yang aku inginkan sekarang, aku ingin amnesia, menghilangkan memory semalam, memory yang mengecewakan.
Brruuukkk
Aku terpekik mendengar benda jatuh dengan keras, sepontan kaki kiriku menginjak pedal rem dalam membuat tubuhku sedikit terpental kedepan.
Tanganku melepas seatbelt yang melilit ditubuh berjalan tergesa ke arah depan.
Mulutku menganga gak percaya melihat siapa yang aku tabrak. haruskah aku minta maaf karena sudah menabrak? atau aku bersyukur karena sudah menabrak-nya?.
"Yaampun yayang Aza!! hati-hati donk kalo bawa mobil. liat nih? aa' Rico jadi tergores tangannya,"racau orang yang aku tabrak menunjuk kedua sikunya yang sedikit lecet.
Aku menatap ngeri pria di depan yang memanggilku yayang. heyy. sejak kapan nama depan ku ada yayang-yayangnya segala? ish cowok jelek ini!!.
"Gua udah ati-ati, loe-nya yang ngak ati-ati, kalo loe ati-ati loe nggak akan nungseb di mobil gua."
Semua mata yang tadinya menatap dia prihatin kini bergantian menatapku sinis. emangnya aku fikirin kalian mau natap aku kayak apa?.
"Dih yayang. masak bicaranya kejem banget sih sama aa' nggak perhatian sama pacarnya sendiri"
Hueeek
Aku ingin muntah mendengar nada bicaranya yang di buat imut, apalagi mukanya? duh ya allah. ampuni hamba.
"Rico. nggak usah ngaco deh kalo ngomong jadi orang. gua lagi bad mood, nggak usah di tambahin, tuh motor loe bawa aja ke bengkel, nanti setruknya biar gua yang bayar, terus yang terluka cuman sikut loe ajakan? nggak parah kok cuman lecet."kataku sebal, berbalik menuju pintu mobil, membukanya dan masuk kedalam.
Tanganku memegang rem tangan menariknya mundur membuat mobilku berjalan mundur.
Setelah agak jauh dari tempat terkutuk itu tanganku menekan klakson satu kali sebelum berlalu dari hadapan si jelek, item. gendut dan nggak punya muka. nggak punya muka dalam hal lain, bukan nggak punya muka bener-bener nggak punya muka, kalo bener-bener nggak punya muka dia setan donk??.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Love
Novela Juvenildisaat aku berdiri di sampingmu, kamu mengacuhkanku, seolah aku adalah cewek yang nggak kamu kenal. saat aku berdiri di depanmu kamu mengacuhkanku dan pergi tanpa kata. di saat aku ingin memegang tanganmu kamu menyentaknya dengan kasar dan...