usapan lembut di punggungku semakin membuatku gencar mengeluarkan air mata, aku tau mereka kebingungan dengan apa yang terjadi padaku, aku sangat berterimakasih kepada kak Calvin dan kak Nandi yang nggak membrondongku dengan pertanyaan, meski aku sangat yakin kalau lidah kak Calvin sudah kelu dan gatal ingin bertanya.
"sudah donk dek!! jangan nangis kayak gini, kamu makin jelek tau nggak, kalau nangis kayak gini? hidungmu merah kayak babi, matamu tembem kayak orang habis tawuran dan pipimu nih, ugh!"
aku tau dia berniat membuatku tertawa dengan perkataan garingnya, tapi maaf-maaf saja, aku sedang tak berminat untuk tertawa.
helaan nafas kasar keluar dari mulut kak Calvin membuatku menatapnya sendu, isakanku masih lolos dari bibirku, ingus meler kemana-mana, dengan sekali hentakan tubuhku ambruk di tubuh kak Calvin, membenamkan kepalaku di dada bidangnya yang sangat nyaman dan aman. bagiku sekarang, kak Calvin adalah tempat sandaran yang paling enak.
tangannya terangkat mengelus lembut kepalaku "cup cup cup, jangan nangis lagi, cukup!! cukup tangismu tadi, jangan terus menangis"
aku terdiam mencoba meredakan isakanku yang sudah menjadi bengek, kepalaku semakin dalam masuk kedalam dada kak Calvin, mencari tempat ternyaman di tubuh wangi nan sixpak entah eight pack kak Calvin, menyadarkan seluruh tenaga yang masih tersisa dan memeluk kak Calvin erat.
"a.... aku... aku nggak tau harus gimana kak"kataku purau, tangan kak Calvin terus mengusap lembut kepalaku membuatku sedikit rileks dan isakanku hanya tinggal sedikit-sedikit yang belum berhenti.
"aku nggak tau mau cerita apa kak, semuanya rumit untuk di jelaskan. yang pasti.... aku..... jatuh cinta sama pacar papa"
usapan di kepalaku berhenti, wajahku semakin masuk kedalam dada kak Calvin, tanpa berani mengangkat kepala menatap wajah kak Calvin yang sudah kupastikan sangat shok "kakak tau kan kalau papa itu gay? selama ini aku kira papa itu udah menjadi setright, tapi nyatanya? mama juga bersengkokol sama papa untuk nyembunyiin ini, semestinya mereka bilang jujur apa yang terjadi, kalau mereka bisa jujur aku kan masih bisa nge-rem cintaku, bukan seperti ini di saat aku udah bener-bener jatuh cinta sama dia"
"kalau kayak gini aku juga nggak bisa mundur, apa yang harus aku lakukan sekarang kak?"tanyaku melepaskan pelukan kak Calvin menatap matanya yang sedang menatapku tak percaya, shok dan.... prihatin "dan kakak tau siapa yang aku tabrak waktu di cafe? itu pacar papa yang juga pacarku, mereka...."
"kenapa kamu mau pacaran sama cowok gay sih dek? masih banyak cowok di dunia ini yang normal, tapi kenapa kamu justru milih cowok gay? apa kamu berniat membuka cerita seperti mama kamu? jatuh cinta sama seorang gay dan akhirnya menikah, setelah mereka menikah cowok itu kembali kedalam pelukan cowoknya. apa kamu mau seperti itu?"tanya kak Calvin tegas namun hasrat akan kemarahan memotong perkataanku.
kepalaku menunduk menyembunyikan mataku yang sudah kembali berkaca-kaca, mulutku terbuka menghirup udara sebanyak-banyaknya, mengisi paru-paruku dengan udara yang terasa sesak.
apa yang di katakan kak Calvin itu benar, tapi.... sangat sulit untuk melepasnya bersama papa, sangat sulit melihatnya bahagia dengan orang lain, sangat sulit, sangat amat sulit. kata orang cinta tak harus memiliki tapi kenapa yang aku rasakan malah sakit saat aku melepasnya? tapi kenapa rasanya sangat menyesakkan? apa yang aku rasakan ini bukan cinta? lalu apa? obsesi?
"biarkan waktu yang jawab kak. aku mau tidur"kataku dan kembali berbaring menghadap jendela kamar kak Nandi, yah setelah tadi dari Cafe dengan incident aku yang menangis mereka membawaku ke rumah kak Nandi, mereka nggak mungkin membawaku pulang, bisa-bisa rumah gempar melihat keadaanku yang mengenaskan, menangis tanpa mau berhenti, dan mereka juga nggak mungkin membawaku kerumah kak Calvin, bisa di pastikan seberapa gemparnya rumah itu, bahkan aku bisa jamin kalau gempar-nya rumah itu lebih gempar dari rumahku, jadi solusi satu-satunya hanya rumah kak Nandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Love
Teen Fictiondisaat aku berdiri di sampingmu, kamu mengacuhkanku, seolah aku adalah cewek yang nggak kamu kenal. saat aku berdiri di depanmu kamu mengacuhkanku dan pergi tanpa kata. di saat aku ingin memegang tanganmu kamu menyentaknya dengan kasar dan...