16.

3K 190 14
                                    

Happy Reading Guys!

^^

"Hah?!"

Lurain melotot.

"Dengar baik-baik gue bukan pacar abang lo."kata Lurain sambil menatap tajam Lian yang menyengir.

"Aduh sayangnya bukan dek,cuma teman doang."bisik Lian pada adiknya.

"Ya kejar dong!"

"Lagi usaha ini."

Mengabaikan kakak beradik yang absurd itu Lurain memilih menjauh dan membayar belanjaanya.

"Berapa semuanya mbak?"tanya Lurain pada kasir.

"250 mbak."

Lurain mengangguk lalu membayarnya.

Saat setelah melangkahkan kakinya didepan minimarket Lian memanggilnya membuat Lurain membuang nafas.

"Rain mau gue anter gak?"tanya Lian bersama adiknya yang sedang memakan eskrim menatap mereka berdua.

"Gak makasih."jawab Lurain.

"Yah,"

Lurain pun pergi membuat Lian cemberut.

"Kayaknya dia gak tertarik ama abang,kasian."ejek adiknya.

Lian mendelik menatap adiknya.

"Apa kamu bilang hah?"tanya Lian sembari menjitak kening adiknya.

"Aduh! Abang kdrt ama aku aduin sama mama!"

Lian memutar bola mata malas.

"Tukang ngadu!"

"Biarin wlee!"

'Gini amat punya adek nasib,nasib.'batin Lian bersabar.

^
^

"Asalamualaikum ma."ucap Lurain masuk ke dalam rumah.

"Walaikumsalam."balas Irana membantu membawa belanjaannya.

"Makasih ma."

"Iya,oh ya Zivan udah bangun tuh nyariin kamu tapi dia lagi mandi kamu samperin gih."kata Irana.

"Iya ma."

Gadis itu pun menaiki tangga menuju kamar suaminya.

"Zivan Rain pulang nih!"ucap Lurain setelah masuk kedalam kamarnya.

Zivan yang baru memakai baju di walk in closet langsung keluar dan menghampiri Lurain lalu memeluknya.

"Kok Ziv gak diajak juga sih?"tanya Zivan kesal sembari mendusel bahu Lurain.

"Ya kamunya tidur sih,jadi gak tega bangunin."jawab Lurain mengusap rambut Zivan.

"Ayo kita bikin kuenya!"ucap Zivan antusias.

"Iya,iya ayo."balas Lurain.

^
^

"Bagaimana kamu bisa kan?"

Rumi sedang menelfon seseorang dengan wajah serius.

"Apa harus?"

"Kamu tahu aku mencintai Zizi dari lama tolong bantu aku."kata Rumi memohon.

"Kamu tahu sendiri kalau Zivan cowok yang kamu suka sudah menikah Rumi."

"Aku tidak peduli! Kalau Zizi sudah menikah aku hanya mau mereka berpisah itu saja!"sentak Rumi menahan emosi.

"Rumi-"

"Demi aku sekali ini saja bantu aku memisahkan mereka,aku tidak akan pulang ke jepang selagi Zizi tidak bersamaku."ucap Rumi dengan nada mengancam.

"Haah...,baiklah aku akan membantumu tapi pulanglah ke jepang papamu sendirian disana."

Wajah Rumi langsung berbinar kala seseorang itu akhirnya mau membantunya walau harus dipaksa dan ancaman juga.

"Terimakasih,maaf harus melibatkanmu tapi aku tak punya pilihan lain,sampai jumpa lagi."ucap Rumi sebelum menutup telfonnya.

"Rain tunggu saja perpisahanmu dengan Zivan karena kamu hanya istri sementara saja."kata Rumi sembari menatap telapak tangannya yang diplester.

Entah siapa orang yang Rumi telfon tapi yang jelas akan terjadi masalah antara Lurain dan Zivan.

Disisi lain Lurain membantu Irana mengaduk adonan kue sedangkan Zivan membuat kuenya sendiri.

"Mama yang ajarin Zivan masak ya?"tanya Lurain.

"Dulu awalnya sih dia cuma liat terus bantu mama masak lama-kelamaan dia bisa masak sendiri mungkin udah bakatnya disana."jawab Irana sembari tersenyum.

"Ouh."Lurain mengerti.

"Oh ya orangtua kamu apa kabar?"tanya Irana sambil memecahkan telur ke mangkok.

"Baik kok ma,sebelumnya Rain mau nanya soal Rumi ma dia kemana sampai pisah sama Zivan waktu kecil?"tanya Lurain penasaran.

"Oh itu,dulu ayahnya Rumi pindah kerja ke jepang terus Rumi ikut jadinya mereka pisah selama bertahun-tahun,kamu tenang aja kalau kepercayaan kalian kuat gak ada yang bisa membuat kalian berpisah mama juga paham kalau Rumi punya perasaan terhadap Zivan."jawab Irana pelan takut Zivan dengar.

Lurain terdiam mendengarnya jadi mertuanya tahu tentang perasaan Rumi pada Zivan.

"Iya semoga begitu,"lirih Lurain menatap Zivan yang asik mencetak kue.

'Apa gue salah hadir diantara mereka berdua?' Batin Lurain tiba-tiba.

^
^

Maaf kependekkan ya^^
Next week again💜

I'm Antagonis Wife?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang