#11 Ketenaran Membawa Bencana

190 18 1
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, Aaron masih dihantui dengan tugas akhirnya yang tak kunjung sampai pada akhir dari tulisannya. Lelaki itu tengah berada pada sebuah meja kosong di kantin kampusnya. Entah apa yang membuat dirinya pagi-pagi sekali sudah berada dikampus untuk melanjutkan kata demi kata yang telah ia susun. Biasanya Aaron enggan menginjakan kakinya dikampus untuk hal-hal seperti ini, karena kampus memiliki ribuan bahkan jutaan mahasiswa yang lebih senang menghabiskan waktunya disana. Berbeda dengan dirinya, lebih menyukai suasana yang tenang seperti dirumah atau café yang kurang pengunjung.

Satu persatu manusia mulai memenuhi sebagian daerah kantin. Banyak dari mereka yang mengenal Aaron, meski ia juga tidak sadar kalau dirinya cukup popular dikalangan mahasiswa. Wajah yang tampan, attitude dan manner yang baik, proporsi tubuh yang bagus, serta otak yang cerdas membuat dirinya terlihat sempurna dan menjadi manusia yang sulit digapai bagi anak perempuan dikampusnya.

Hampir seluruh mahasiswa perempuan membicarakan ketampanan dan kecerdasannya tiap saat.

Ah, mungkin tiap mahasiswa yang saling berpapasan akan bertanya, "Lo kenal Kak Aaron gak?"

Mungkin dari mereka banyak yang bilang, "KENAL LAH! MANUSIA MANA YANG GK KENAL DIA?"

"Orang bersinar gitu masa gk kenal."

"Kak Aaron anak hukum itu kan? Yang punya banyak fans?''

Meski dirinya dianggap seperti itu dikampus, dirinya tetap dirinya yang galak kalau dirumah. Di kampus doang jaga image, kalau dirumah beuhhh persis anak gadis banget.

"Eh, Kak Aaron" Suara perempuan yang tidak asing baginya membuyarkan fokusnya.

Perempuan itu tidak segan untuk mendekat tanpa dipersilahkan oleh Aaron untuk duduk, ia sudah berada dihadapan laki-laki yang ia sapa tadi. Aaron tidak melarangnya. Mereka berdua dekat layaknya adik dan kakak. Jadi tidak heran kalau perempuan itu tidak ragu untuk menyapa Aaron terlebih dulu.

"Abis kelas?" Aaron membuka obrolan saat Perempuan itu sudah dihadapannya.

"Iya kak. Kak Aaron sendiri?" perempuan itu bertanya balik, penasaran dengan kehadiran Aaron dikantin.

Alih-alih menjawab, laki-laki itu menunjukkan laptop yang ada dihadapannya. Rena sudah tahu jawabannya. Aaron mahasiswa semester akhir yang tidak pernah meninggalkan laptopnya kemana-pun ia pergi.

"Udah sampai mana kak tulisannya?" Rena kembali dengan pertanyaan yang sulit untuk dijawab bagi siapapun.

"Doain aja cepet selesai" Kalimat yang mampu membuat perempuan dihadapannya sontak mengaminkan perkataannya, "Amin.."

"Eh kak btw, kabar mama kakak gimana? Baik? Masih sering buat kue gak?"

"Satu-satu dong pertanyaannya" Aaron menggelengkan kepalanya dengan senyum yang sulit diartikan oleh Rena.

"Jawab sekaligus aja kak" jawabnya tergesa-gesa.

"Gimana kalau kamu tanya Keeneth aja langsung?" Rena yang tadinya menggebu-gebu ingin mendengar jawaban dari Aaron langsung diam lesu ketika mendengar nama Keeneth. Iya Keeneth, mantan pacarnya.

Aaron yang melihat wajah Rena yang tidak seceria dan semangat tadi, justru makin digoda olehnya, "Kamu sih abis putus dari Keeneth, udah gak pernah kerumah lagi. Padahal mama cariin loh"

Rena masih terdiam, enggan untuk menatap Aaron. Sambil mengingat beberapa hal yang masih jelas berada diingatannya.

Ingatan betapa bahagianya ia saat dikelilingi kehangatan oleh keluarga itu. Waktu Mama bertanya pada Rena yang saat itu harus tetap sama Keeneth biar mama bisa ngerasain punya anak perempuan, Rena berkata dengan penuh semangat, "Iyaa tan, Rena juga senang ada disini"

KEIZARO'S (Tempat Berpulang) [NCT] ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang