Tujuh belas (last)

1.5K 157 21
                                    

Dua hari berlalu, Hongjoong sudah diperbolehkan pulang, kondisinya sudah stabil, dan tekanan darahnya normal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari berlalu, Hongjoong sudah diperbolehkan pulang, kondisinya sudah stabil, dan tekanan darahnya normal. Sepuluh kantung darah ia habiskan untuk memulihkan kondisi.

"Barang-barang penting seperti laptop dan buku-buku milik anak-anak sudah Pastor Lim bawakan. Beliau juga bilang kita boleh meminta mengambilkan apa pun dari rumah itu, tetapi tak memperbolehkan kita kembali ke sana sendiri," jelas Seonghwa, sembari memasukkan beberapa baju ganti ke dalam tas.

Dan beranjak untuk membantu Hongjoong berganti pakaian. "Aku sudah mengatakan jika tak memerlukan apa pun lagi dari rumah itu, untuk pakaian dan perkakas rumah kita bisa beli yang baru.

Aku mau beli yang baru, aku tak ingin ada barang yang mengingatkanku pada rumah itu. Maaf jika keputusanku egois, Hongjoong," lanjut Seonghwa, jujur akan perasaannya, dan memberitahu jika ia sudah memutuskan tanpa meminta pendapat Hongjoong terlebih dahulu.

"Tidak masalah," balas Hongjoong, "memang itu yang terbaik. Aku juga tak ingin mengingat rumah itu atau pun membawa barang dari rumah itu yang mungkin saja ditempeli aura jahat Satan atau entahlah aku tak ingin memikirkannya.

Dan sampai kita mendapatkan rumah baru yang aman, kita akan tinggal di hotel dekat kantor. Aku juga sudah menghubungi temanku yang bekerja sebagai agen properti." Hongjoong terdiam. Benar, ia memiliki teman dekat yang bergerak dalam bidang jual beli properti. Bagaimana bisa saat itu ia sama sekali tak ingat dan justru mencari rumah sendiri?

Seonghwa pun ikut terdiam, rumah yang lama juga merupakan rumah yang Hongjoong beli atas rekomendasi dari temannya. Bagaimana bisa ia dan Hongjoong melupakannya?

Tenyata Pastor Lim benar, sejak awal keluarga mereka memang sudah ditargetkan. Ada orang misterius yang menawarkan rumah itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan salah satu dari rencana Satan untuk membawa mereka ke rumah terkutuk itu.

"Ah, kita tak perlu memikirkannya lagi. Besok kita akan melihat-lihat rumah yang baru. Temanku merekomendasikan tiga rumah yang cocok untuk kita, kamu dan anak-anak bebas memilih yang mana," ujar Hongjoong, kembali membahas topik awal agar tak lagi memikirkan apa pun yang telah Satan lakukan.

"Aku mengerti," balas Seonghwa.

"Besok kita juga bisa sekalian membeli furnitur dan perkakas yang diperlukan jika masih sempat. Rumah yang ditawarkan memang sudah termasuk furnitur di dalamnya, tetapi kamu pasti menginginkan alat dapur baru yang lengkap, bukan?" lanjut Hongjoong, jelas sekali menggoda istri tercintanya.

Seonghwa sendiri terkekeh pelan, Hongjoong tahu saja apa yang tengah ia pikirkan. Ia memang berencana membeli beberapa furnitur tambahan dan juga alat-alat dapur. Untuk itu ia harus melihat isi rumah yang dipilih nanti dengan saksama agar tak berlebihan membeli barang-barang tambahannya. "Aku sudah selesai mengemas barang, pergi sekarang?"

"Tentu," jawab Hongjoong, keluar dari kamar dengan bergandengan tangan. Sebelah tangan yang bebas bantu membawa tas berisi baju. "Di mana anak-anak?"

"Ada di halaman depan rumah sakit." Seonghwa tersenyum tipis, hubungan mereka dengan anak-anak menjadi semakin dekat. Kejadian ini memang bukan pengalaman bagus, tapi tak bisa dipungkiri, kejadian ini jugalah yang membuat keluarganya semakin erat. Harus disyukuri.

[✔]Family - ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang