Pagi menjelang.
Seonghwa kembali mengusap masing-masing surai putranya yang tidur dengan berpelukan. Sisa malam ia habiskan untuk sekedar menatap dua putranya yang tidur pulas, hatinya sedikit lega, harapan kembali terpampang di depannya.
Kecupan sayang, kembali Seonghwa daratkan pada kening Yeosang dan Jongho. Bangkit dari posisi berbaringnya dengan hati-hati, beranjak untuk menghampiri Hongjoong yang terlelap di kursi panjang, dan memperbaiki selimutnya.
Masih pukul lima, Seonghwa berjalan menuju rumah untuk mulai membuat sarapan. Ia akan buatkan bubur, Jongho baru saja keluar dan menangis kencang, tenggorokkannya pasti sedikit kering, memakan makanan yang ringan dan hangat akan membuatnya lebih baik.
Sebelum masuk, Seonghwa menatap sebentar jendela yang masih tertutup kayu dengan rapat. Masuk ke dalam, berhenti di ruang tamu, berdoa semoga empat Putranya yang masih di dalam lekas keluar.
Lanjut berjalan menuju dapur, mengeluarkan beberapa bahan dari dalam kulkas. "Sudah waktunya belanja," gumam Seonghwa, dengan cepat menghapus air mata yang dengan lancangnya jatuh membasahi pipi, teringat dengan Wooyoung yang selalu ikut membantu saat berbelanja membuat hatinya sedih.
Berusaha tegar, membawa beberapa sayur dan potongan daging ke atas meja pantri. "Ah, mungkin aku bisa tambahkan sosis, San dan mingi suka ... " Seonghwa terdiam, lagi-lagi otaknya tidak sejalan.
Rasanya begitu hampa, ia sudah terbiasa memasak banyak. Tubuhnya sering bergerak sendiri mengambil bahan yang semua Putranya sukai. Air mata yang berusaha ditahan akhirnya tumpah.
Begitu sesak, ia sangat merindukan momen di mana bisa makan bersama dalam satu meja, membacakan mereka buku yang menarik, belajar bersama, bermain bersama, dan mengantar mereka semua tidur.
Mengapa Tuhan memberikan cobaan yang begitu berat pada keluarganya?
|
"Oke, siap."
Empat mangkuk bubur sudah tertata rapi di atas nampan, lima belas menitan yang Seonghwa lakukan hanya menangis, sampai akhirnya bisa mengontrol diri dan lekas membuat sarapan.
Berjalan menuju wastafel, kembali membasuh muka, jangan sampai netranya terlihat seperti habis menangis. Membawa bubur menuju tenda, dan meletakkannya di meja.
"Hongjoong, bangun. Sarapan sudah siap, aku buatkan bubur," ujar Seonghwa, mengguncang pelan tubuh Hongjoong yang masih tidur di kursi panjang, suaminya pasti lelah, setiap hari mencari cara apa pun yang mungkin dapat membantu sampai larut malam. "Sarapan dulu," ujarnya lagi, dan beranjak menuju tempat tidur setelah mendapat balasan berupa gumaman dari Hongjoong.
Mengusap pelan surai Yeosang dan Jongho bergantian. "Yeosang, bangun sayang, sudah pagi." Seonghwa tersenyum tipis ketika Yeosang membuka mata, Putra keduanya tidak sulit dibangunkan.
Beralih pada Jongho, Seonghwa kembali mengusap pelan surai Putra kecilnya. "Jongho, sarapan dulu, lalu tidur lagi juga boleh." Putra bungsunya keluar dari rumah malam-malam buta, pasti kurang tidur, tetapi Seonghwa ingin Jongho mengisi perutnya lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]Family - ATEEZ
FanficKeluarga sejati? Tahukah apa artinya? Jika tak tahu, kalian akan terjebak selamanya. Hongjoong, Seonghwa dan keenam anak adopsinya pindah ke rumah yang lebih besar. Berharap dapat menjadi keluarga sepenuhnya. Namun, kehidupan mereka seolah dipermain...