Tiga belas

884 144 13
                                    

Sudah ratusan tahun sejak rumah ini dijadikan markas untuk mempermainkan hidup manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah ratusan tahun sejak rumah ini dijadikan markas untuk mempermainkan hidup manusia. Satan tak pernah merasa bosan, karena manusia begitu bodoh, ikatan darah hanya setipis benang, tetapi sombongnya bukan main.

Sayang? Putraku? Putriku? Tak akan kubiarkan? Nyatanya benang hubungan bisa putus begitu saja tanpa harus memotongnya. Mengatakan seolah kasih sayang dan keluarga adalah segalanya, tapi pada akhirnya dia sendirilah yang mengakhirinya.

Mengotori tangan sendiri demi hal yang tak ada artinya, tetap berakhir mati dengan sia-sia. Nikmat sekali saat melihat wajah putus asa mereka, wajah ketakutan mereka.

Namun, yang paling menyenangkan adalah melihat wajah sombong itu berlumuran darah, berwarna merah pekat yang begitu indah. Ah, rasanya ingin segera melihat wajah berlumuran darah lagi.

Belum ada yang pernah keluar dengan selamat dari kungkungannya, karena pada dasarnya ikatan manusia memanglah lemah. Tak ada yang namanya kasih sayang tulus, itu hanyalah angan belaka, keegoisan lebih mendominasi, rela melakukan dan mengorbankan apa saja demi kepentingan pribadi. Begitulah manusia.

Namun, keluarga yang ia jebak kali ini cukup menjengkelkan. Dua orang tak berhasil ia kurung, dan dua lagi keluar dari penjara abadinya, tapi tidak terlalu menjadi masalah.

Masih ada empat nyawa dalam genggamannya, bocah-bocah rapuh tanpa ikatan darah, sangat mudah dimanipulasi. Perasaan 'takut akan dibunuh' semakin besar, hanya menunggu waktu sampai perasaan 'harus ku bunuh duluan' muncul dan menambah seru permainan.

"Kekekeke membayangkan wajah polos itu berubah warna menjadi merah pekat begitu menggairahkan. Ayo~ lekaslah saling bunuh kekeke".

ujarnya dengan begitu yakin, tertawa puas, sembari menyiksa jiwa para korban sebelumnya. Namun, kesenangannya berakhir dalam waktu singkat, barrier yang ia pasang bergetar pelan.

Tawanya langsung sirna, senyum pada bibir langsung hilang, amarah langsung menguasai, melihat satu lagi manusia berhasil keluar dari jerat mematikannya. "Mustahil! Bagaimana mungkin?!" murkanya, menatap keluarga yang tengah berpelukan diiringi tangis haru yang begitu memuakkan.

 "Mustahil! Bagaimana mungkin?!" murkanya, menatap keluarga yang tengah berpelukan diiringi tangis haru yang begitu memuakkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔]Family - ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang