Terbangun Di Tubuh Penjahat

6.5K 269 0
                                    

Lizy Myrene,itulah namaku. Mahasiswi berusia 28 tahun yang baru saja keluar dari gedung wisuda karena telah menyelesaikan studiku di S2 jurusan Bahasa Inggris.

"Huft akhirnya selesai juga. Sumpek banget di dalam gedung itu. Yah untungnya pihak gedung menyediakan AC. Kalau tidak,mungkin saja aku tidak akan duduk disana",ucapku sambil melangkah ke arah trotoar untuk menyeberang.

"Rasanya lapar. Aku ingin makan mie rebus pedas yang ada di iklan itu juga",batinku sambil menatap baliho besar di seberang jalan yang mengiklankan produk mie rebus varian baru.

Aku adalah salah satu fans dari makanan instan tersebut.

Kulihat jelas lampu jalan untuk menyeberang masih merah. Kupikir akan menunggu sebentar sambil melihat pesan di ponsel.

"Hadeh,dia lagi",decakku saat melihat pesan dari mantan crush yang pernah kusukai

Kulirik lampu jalan untuk kendaraan sudah merah & lampu menyeberang sudah hijau. Aku segera memasukkan ponsel kedalam saku dan menyeberang.

Namun entah darimana sebuah mobil box sialan itu muncul dan menabrakku dengan hingga aku terpental dan terseret beberapa meter. Hal terakhir yang kulihat hanyalah darah yang mengucur entah dari bagian tubuhku yang mana. Mataku terasa berat dan pandanganku tampak buram.

Seharusnya tidak seperti ini kan akhir hidupku?.

________________________

"Nona?. Nona bangunlah saya mohon Nona!", samar-samar kudengar seseorang berteriak.

Apa mungkin ada korban lainnya yang ada di TKP selain aku?. Ah sepertinya aku bisa selamat kalah begitu. Harusnya.

"Aku mengantuk",ucapku meracau.

Haah tapi rasanya mataku enggan terbuka.

_______________________

"Apa kau ingat siapa aku?",tanya seorang gadis berambut putih perak yang cantik seperti boneka porselen yang ada di online shop.

"Miranda?",ucapku ragu.

Entah darimana potongan-potongan memori melintas di pikiranku seperti kereta cepat.

Itulah hal lain yang terjadi setelah aku bangun dari tidurku.

Singkat cerita. Seorang pelayan berteriak keras saat aku baru saja membuka mata. Kuingat nama pelayan itu Bernie. Dia tampak buru-buru keluar dari kamar dan membawa beberapa wanita berbaju pelayan dan seorang laki-laki berjenggot putih yang memakai kacamata. Bernie bilang,laki-laki itu adalah seorang dokter. Tak lama kemudian,setelah aku diperiksa,seorang gadis cantik berambut perak datang bersama beberapa wanita berbaju pelayan dan menanyakan keadaanku. Dalam ingatan kilatku,dia adalah kakakku,Miranda Reventrien.

Yah sialnya nama kami berdua sama persis dengan nama-nama tokoh di novel romantis yang kubaca sebelum wisuda kemarin. Mungkinkah aku mengalami transmigrasi ke tubuh orang lain seperti dalam komik atau novel yang dulu pernah kubaca?. Konyolnya aku menjadi tokoh jahat. Hadeh,memang apa yang bisa kuharapkan dari Tuhan.

"Alexa. Syukurlah kau selamat. Kau tidak tahu berapa cemasnya kami menunggumu sadar setelah kau jatuh dari tebing waktu itu. Ayah,kak Ronald dan Kak Ben sedang pergi rapat dengan dewan. Mereka akan segera pulang. Tenanglah,aku sudah mengabari mereka tentangmu",ucap Miranda sambil menggenggam tanganku.

"Terimakasih Miranda. Maaf karena membuat kalian semua jadi cemas dan repot",ucapku tulus.

Entah kenapa wajah Miranda dan segenap pelayan & dokter di kamar ini tampak terkejut dan syok seolah aku baru saja mengatakan hal yang aneh.

"A-apa?. Kenapa kalian menatapku begitu?",tanyaku dengan otak yang masih loading.

Ah sial. Aku lupa jika Alexa sangatlah kasar dan tidak berbudi pekerti. Dia bahkan tidak pernah sekalipun mengatakan maaf dan terimakasih pada siapapun sampai akhir hayatnya. Aku sudah membuat mereka syok karena mengucap 2 kata keramat yang tak pernah terucap dari bibir Alexa ini.

"Ah maaff maafkan aku. Kalian pasti syok karena baru mendengar ucapan maaf & terimakasih dari mulut kotorku ini. Selama ini sudah berbuat diluar akal sehat . Aku pasti sudah gila sampai berbuat hal-hal kasar dan tidak berperikemanusiaan seperti itu. Kuharap kalian bisa memaafkanku meski sulit. Aku akan berusaha untuk memperbaiki diriku meski sulit",ucapku buru-buru.

"Alexa",ucap Miranda sambil memelukku erat.

"Ah aku tidak berbuat apapun. Ini hanya sesuatu yang pantas kukatakan. Memang tidak cukup,tapi kuharap kalian menerimanya. Aku benar-benar tulus mengatakannya",ucapku lagi.

Miranda tampak terharu. Dokter dan para pelayan keluar dan memberi ruang bagiku dan Miranda berdua saja. Aku pun mencoba menenangkan Miranda agar tak menangis lagi.

"Jangan menangis Miranda. Wajah cantikmu tampak kusam saat kau menangis",ucapku dengan suara pelan.

Nada suara Alexa memang terkesan tinggi dan sombong. Jadi aku mencoba memelankan suara agar tidak terkesan menekan Miranda.

Miranda mengangguk dan tersenyum. Ah kupikir dia memang pantas menjadi tokoh utama di dalam cerita ini.

Hahaha,kesialan hidupku ternyata belum berakhir....











To be continued....

The Tyrant's Favorite Ugly VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang