Membawa Bayi Besar

3.4K 260 22
                                    

Sinar mentari pagi yang hangat memasuki celah-celah jendela,seakan ingin membuat ruangan itu bercahaya dengan sinarnya. Namun Rafael menutup tirai dan duduk kembali di samping kepala Alexa dan mengusapnya pelan.

Setelah 5 tahun mereka berpisah,kemarin malam akhirnya Rafael bisa kembali memeluk Tuannya yang cantik. Aroma Alexa ada di setiap inchi tubuhnya,begitu juga aroma Rafael yang tertinggal di tubuh Alexa yang masih tertidur karena sihir yang Rafael berikan padanya semalam.

Rafael menyentuh bibirnya sambil tersenyum kecil. Masih terasa jelas kelembutan bibir Alexa semalam. Rasanya dia ingin terus mengecup bibir mungil Alexa,namun dia khawatir Alexa akan terbangun.

"Aku ingin bersamamu seperti ini lebih lama lagi",bisik Rafael sambil mengecup kening Alexa.

_________________

Apa barusan?. Sepertinya aku mendengar suara pria itu lagi di kepalaku.

Aku harus segera bangun & pergi dari wilayah ini!. Bangun Alexa,ayo bangun!.

Mataku mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadaran,saat fokusku benar-benar kembali,kulihat wajah Rafael yang tersenyum padaku,mata abu-abunya tampak teduh namun seakan-akan matanya ingin menelanku hidup-hidup.

"Ra-fael",panggilku dengan suara serak.

Aku ingin bangun,terasa nyeri di bagian bawahku hingga kesulitan untuk bergerak.

Jangan bilang anak ini sudah ....,wah!. Brengsek!. Oh,oh tidak,aku tidak boleh emosi saat ini,toh hanya sekali,aku tidak akan hamil meski melakukannya semalaman. Hahahah,aku harus tenang. Mungkin saja Alexa biasa melakukan hal seperti ini.

Rafael membantuku duduk & meletakkan bantal di punggungku.

"Rafael",panggilku dengan suara serak.

Haus...

Rafael mengambil gelas dan mengisinya dengan air bening. Kuharap itu bukan minuman keras. Dia membantuku minum dengan hati-hati dan lembut.

Untunglah benar-benar air putih.

Setelah merasa cukup,aku menganggukkan kepalaku. Rafael menurunkan gelasnya dan meletakkannya ke meja kecil di sebelah tempat tidur.

"Nona,anda tampak sangat pucat. Apakah ada bagian yang sakit?",tanyanya sambil mengusap pipiku,matanya tampak teduh namun mata itu masih tampak berbahaya untukku.

"Ah iya Rafael. Entah apa yang kulakukan semalam sampai pinggangku terasa hampir patah",ucapku sambil tersenyum manis meski rasanya pinggangku memang mau patah.

Rafael tampak menutup sebagian wajahnya dengan tangan dan menatap kearah lain. Sepertinya dia malu.

"Ma-maaf Nona. Saya terlalu merindukan anda dan tak menyadari kalau tubuh anda rapuh. Maafkan saya karena terlalu bersemangat",ucapnya sambil menahan senyum.

Dia hampir mematahkan pinggang seseorang,tapi tersenyum malu seperti itu. Ngerinya anak satu ini.

"Uhuk uhuk. Ekhem,eeemm tidak,tidak apa-apa Rafael. Maaf jika aku pura-pura menjadi orang lain semalam. Aku hanya tidak mau ketahuan oleh orang lain sedang berada di bar malam itu. Kau tahu kan reputasiku sudah buruk,aku tidak mau memperparahnya saja. Sungguh,aku minta maaf",ucapku sungguh-sungguh.

"Nona?. Anda barusan mengucap maaf untuk saya?",tanyanya sambil menatapku seolah tak percaya.

"I-iya. Aku sudah melakukan banyak kesalahan. Mungkin aku juga melakukan kesalahan padamu. Jadi aku harus meminta maaf. Meskipun maafku tidak bisa membayar seluruh kesalahanku,tapi kuharap bisa mengobati sedikit rasa bersalahku",ucapku sambil menunduk.

The Tyrant's Favorite Ugly VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang