[8] Impulsiveness

1K 103 8
                                    

Sudah hampir seminggu Cherry mendiamkan Media. Pesan-pesan juga tidak dibalas. Cherry sempat-sempatnya pasang status 'Busy. Don't call me if it's not urgent' di WhatsApp miliknya dan hal itu membuat Media urung mengirimkan pesan. Padahal, di kantornya, Media sudah uring-uringan hingga Ivan-anak buahnya jadi penasaran.

"Kenapa, Bang Med? Kusut amat kayaknya," tanya Ivan saat melihat Media hanya bersandar di kursi kerja dan menatap langit-langit. Dia terus memutar-mutar kursi kerja hingga membuat Ivan jengah sendiri.

"Ya biasalah. Urusan orang dewasa. Lo kan masih remaja, jadi nggak paham," canda Media.

"Sialan lo, Bang. Palingan masalah percintaan. Iya aja, apa iya banget?" balas Ivan lebih parah.

Media langsung tertawa. "Cewek ternyata bisa nggak paham kode juga ya? Gue kira cowok doang yang kayak gitu, Van."

"Ya, ada juga cewek yang nggak paham kode kalo nggak ngomong secara gamblang. Misalnya cowok yang jailin dia mulu padahal caper, tapi si cewek nggak ngerti-ngerti."

Media tertohok. Ivan kadang-kadang seperti dukun saja, bisa menebak apa yang Media rasakan saat ini. Jadi, selama ini Cherry menganggapnya musuh bebuyutan karena semua kejahilan dia? Padahal, dia cuma ingin di-notice sama Cherry ketika SMA dulu.

"Ini cewek pinter banget dari dulu. Gue kagum sama dia. Keluarganya baik banget, dianya juga mandiri, nggak apa-apa minta tolong. Keluarganya nggak kayak keluarga gue, Van," balas Media curhat. Senyumnya barusan berubah tiba-tiba. Dia kini menatap kosong ke langit-langit dan memilin jemarinya, lalu disandarkan di atas perut.

"Udahlah, Bang. Ojo dibanding-bandingke. Namanya juga kehidupan, ada aja yang nggak enaknya. Mungkin di kehidupan ini, Bang Med sedang dapat nggak enak di sisi keluarga. Kalo ada reinkarnasi, mungkin Bang Med nanti dikasih yang lebih baik," balas Ivan malah menceramahi Media yang jelas-jelas berbeda sembilan tahun dengannya.

"Sotoy lo!" Media menepuk lengan Ivan dan bangkit dari posisi bersandar dengan kepala memandang langit-langit. Dia lantas mengecek arlojinya. "Udah jam makan siang, kantin aja yuklah."

Keduanya pergi, meskipun tidak dibalasnya pesan WhatsApp masih menyisakan sedikit rasa penasaran pada diri Media. Dia cuma takut Cherry marah, seperti masa sekolah dulu.

***

Sementara Media galau menunggu pesan Cherry, gadis itu malah menyibukkan diri dengan banyak pekerjaan dan rapat kuartal yang tiada henti. Sebagai Head of Data, dia sering dicari-cari karyawan HappyShopping dari berbagai divisi. Baru saja Cherry hendak pergi makan siang, ponselnya terus bergetar. Panggilan masuk, terputus, tapi kemudian masuk lagi.

"Siapa sih, nggak ngerti banget lagi jam kerja," gerutu Cherry.

Teman-teman kantornya yang baru mau masuk lift langsung memberi saran agar Cherry mengangkat telepon dulu. Pasalnya di lift tidak bisa menerima telepon karena area blokir sinyal. Cherry request supaya disisakan tempat pada teman-temannya, lalu mengangkat telepon dengan cepat tanpa melihat siapa penelepon, saking buru-burunya.

"Halo. Siapa ya? Tolong telepon nanti saja, saya lagi kerja," kata Cherry kesal.

"Ya ampun. Anak Mama gini banget sih makin hari," balas penelepon di seberang.

Mampus gue. Mama lagi!

"Hah? Mama? Maafin. Aku kira siapa. Tadi aku nggak cek dulu namanya. Lagipula ini masih jam kantor. Aku kalo jam segini lagi sibuk-sibuknya," kata Cherry berusaha tenang.

Mamanya malah tertawa. Ada suara-suara ramai di latar belakang suara ibunya itu. Beliau lalu berkata, "Bukannya udah jam makan siang? Ini di lobi rame orang-orang turun, pada bawa dompet."

The Love InvestmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang