[9] S.O.S to Media

1K 100 6
                                    

Setelah makan siang lalu memesankan ojek agar ibunya bisa istirahat di indekos, Cherry sudah kembali ke meja. Tatapannya kosong memandang layar komputer. Saat mengingat kejadian barusan, Cherry mulai berteriak histeris lagi dan mengacak rambutnya. Dia menunduk di meja, menjedukkan dahinya pelan ke meja dan bergumam-gumam. Rekan-rekan di tim data sampai bingung harus bertanya atau tidak. Takutnya malah kena marah.

"Bu Bos kenapa?" tanya salah satu anggota tim.

Anggota tim lain hanya berbisik, "Jangan diganggu, nanti malah marah!"

Semuanya menjauhi lokasi duduk Cherry dan sibuk bekerja, sementara gadis itu malah meraung-raung bingung sendiri sambil menunduk.

Beberapa menit setelah itu, Cherry berhasil menguasai diri. Sikap tenang adalah kunci. Dia fokus bekerja dan tidak memikirkan masalah calon yang belum ada, tapi harus disodorkan pada ibunya. Dia lebih baik membereskan sejumlah laporan dan merapikan query data yang akan dipresentasikan dalam bentuk grafik. Sambil menimbang kemungkinan adakah yang bisa Cherry jadikan tameng sementara, matanya menyusuri seisi ruangan kantor tanpa sekat itu.

Mas Armand? Bisa, sih. Tapi kata orang-orang dia naksir gue. Kalo malah ngelunjak gimana? Mana dia bos gue pula.

Toni? Duh, masih muda. Nanti gue dikira memelihara berondong.

Kris? Yah, beda agama. Mama ngamuk bisa-bisa, padahal pacar bohongan doang. Kasihan si Kris.

Cherry masih memutar bola matanya dan mencari-cari prospek kerja sama untuk hari Sabtu saja. Beberapa dari cowok di kantor kebanyakan sudah punya pacar. Pasti sulit minta tolong mereka, apalagi kalau jadi pacar pura-pura. Cherry menghindari masalah di kemudian hari yang malah bikin capek hidupnya saja. Makanya dia menyisir lagi calon pacar bohongan yang potensial dan bisa cukup walau hanya ditraktir makan All You Can Eat atau dibereskan pekerjaannya sama dia. Atau mungkin bawahannya yang bisa di-ACC cuti segera. Sayangnya, anak buah Cherry kebanyakan sudah punya pacar, dan sisanya cewek. Apes, deh, Cherry.

Saat sedang kebingungan, ponselnya bergetar di laci.

Cher... Nggak ada kabar. Kamu marah?

Cherry mengernyitkan dahi. Kamu? Membaca itu membuat Cherry menahan tawa. "Apaan lagi, Med..."

Tunggu dulu. Media? Murid kesayangan Mama dulu, katanya?

Terbit senyum penyesalan sekaligus harapan dari bibir Cherry. Dia mengetik, tapi menghapusnya cepat. Mengetik lagi, lalu menghapus lagi. Akhirnya dia ketik balasan yang lugas dan to the point. Ya sudahlah. Kadung berbohong sama Mama, Cherry ingin tancap gas saja. Dia pun mengirim pesan itu.

Nggak marah.

Eh... Btw, gue boleh minta tolong, Med?

***

Di kantornya, Media baru selesai rapat bersama anggota tim produk, untuk mengembangkan aplikasi klien baru mereka. Setelah keluar ruang rapat, hal yang pertama Media buka tentu saja ponselnya. Saat dia menemukan pesan balasan dari Cherry, lelaki itu langsung girang sendiri. Rapat yang melelahkan tadi, langsung hilang begitu saja.

"Kenapa lagi, Bang? Mood lo berubah-ubah gitu. Udah dibales pasti?" tebak Ivan.

Media mengangguk. "Orangnya bales dan... Eh, dia mau minta tolong nih, Van? Lo ada tebakan nggak, kalo cewek mau minta tolong, biasanya apaan?"

"Wah, kalo itu pasti banyak hal. Cuma kalo pesannya singkat, biasanya bener-bener urgent. Coba bales aja," tambah Ivan lagi. Meskipun masih muda, anggota tim Media satu ini sepertinya sangat lihai masalah percintaan.

Alhamdulillah kalo nggak marah.

Minta tolong apa, Cher?

Cherry is typing...

Media harap-harap cemas menunggu pesan Cherry. Tak kunjung masuk. Lama sekali. Dia berpikir, pasti Cherry sedang merangkai kata-kata. Mengetik, lalu menghapusnya. Media tersenyum sendiri membayangkan hal itu, karena pasti Cherry sangat kebingungan dan... manis.

Sabtu ini ada acara?

Bisa temenin gue nggak? Lagi ada Mama.

Media mengernyit bingung dan memiringkan kepalanya. Oh? Lagi ada Bu Sani juga? Dia pun membalas pesan setelah duduk dan menaruh buku catatan di meja kerjanya.

Nggak ada acara apa-apa.

Temenin ke mana?

Setelah menunggu cukup lama, pesan berikutnya membuat Media melonjak dari kursi dan tersenyum kegirangan. Dia bahkan mengepalkan tangannya dan wajahnya terasa menghangat.

Temenin keliling Jakarta aja.

Tapi nanti ke Mama, lo bilang aja cowok gue gitu ya.

Ivan memandang Media dengan tatapan penasaran dan menghampiri atasannya itu. "Kenapa lagi, Bang Med? Ini parah banget moodswing lo, deh."

"Cherry udah bales, Van. Dan lo mo tau nggak dia mo minta tolong apaan?"

"Apa tuh, Bang?"

"Minta tolong gue jadi pacarnya!" Media girang sendiri, berkebalikan dengan Media yang dulu di SMA hanya suka menjahili Cherry.

"Wah! Selamat, Bang. Bisa lah makan-makan, kalo jadi beneran," kata Ivan senang.

"Doain ajalah. Kalo gitu, gue pulang cepat ya hari ini. Mau rapi-rapi mobil. Lo juga nggak usah lembur kalo nggak ada kerjaan." Media langsung merapikan semua pekerjaan dan memasukkan benda-benda ke tas. Jam sudah menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit. Media menunggu jam enam tepat, lalu keluar kantor setelah mengabsen dirinya di mesin dekat pintu.

***

8 Juli 2023, 22.29 WIB

Author's Note:

Hai semua! Maafin upload-nya jam-jam segini, karena dari jam 6 magrib sampai jam 10, gue masih main gim online. Huhuhu. Emang agak susah nih kalau kecanduan. Untungnya kalau ngebayangin Media, tiba-tiba ada ide. Langsung aja gue nyalain playlist buat nulis novel ini dan seketika gue bisa nulis.

Aneh emang gue, tuh. XD

Oh ya, hari ini lagi suka banget lagunya Kenny Gabriel, Rizkia Larasati, sama Kara Chenoa yang judulnya Ex-Cuses. Ini lagu cocok banget buat Cherry, soalnya dia lagi mencoba changing her POV soal Media hahaha. Kalau emang di dunia ini orang nggak butuh cinta buat hidup selamanya sama orang lain, Cherry yakin sih dia bisa sama Media.

Kalo kalian gimana? Menikah harus ada cinta nggak, apalagi di dunia modern yang serba individualis gitu orangnya? Jujur gue sendiri pernah mikir ngga butuh-butuh amat cinta, minimal temen buat berbagi cicilan aja. Meskipun sekarang juga udah menikah, rasa yang gue tau bukan kayak cinta menggelora gimana-gimana, lebih kepada rasa nyaman sama "keluarga" yang satu KK sama gue, yaitu suami gue. Hidup nyaman-nyaman aja, meskipun nggak pernah ada kata-kata cinta diutarakan atau dirasain. Gue nggak tau perasaan ini apa, sih. Kalo kalian sendiri gimana?

Yuk, berbagi di kolom komentar. :)

xoxo,

Ayu Welirang

Bonus lagu Ex-Cuses buat kalian dengerin.

The Love InvestmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang