[28] Hot Lemon Tea And... A Kiss...

885 84 37
                                    

Sepulang memesan furnitur untuk rumah baru, Cherry dan Media memutuskan untuk kembali ke indekos masing-masing. Mereka akan beres-beres sebelum pindahan besok sore ke rumah. Hanya saja, jalanan Margonda yang padat di malam minggu membuat Cherry terus-terusan mencebik kesal.

"Med, aku naik kereta aja kali, ya? Kemaleman nanti sampe kos, bisa kena jam malem. Aku nggak bakal bisa masuk kos nanti," ungkap Cherry cemas.

Media menaikkan volume radio untuk mendengar berita lalu lintas sembari melihat kondisi jalan yang makin padat.

"Wah gimana, dong? Kita kekunci di jalanan padet ini kayaknya, Cher. Nyampe Jakarta sekitar jam sepuluh atau sebelas malem paling telat," balas Media sambil memutar setir ke arah kanan untuk masuk jalur cepat. Bahkan walau berhasil menyalip, jalan di jalur cepat pun padat.

Cherry menggoyang-goyangkan lututnya cemas. Dia sungguh ingin pulang dan beristirahat dengan nyaman. Namun, mengingat bahwa ada jam malam berlaku di indekos, dia tak yakin bisa sampai tepat waktu karena kemacetan dan menikmati kasur hangatnya.

"Ya udah deh. Aku cari hotel murah aja nanti kalau nggak keburu," kata Cherry.

Media terdiam sejenak, kemudian berdeham. "Mau ke apartemenku dulu aja nggak?"

"Hah?" Cherry langsung menengok bingung ke arah Media, sementara lelaki itu masih memandang jalanan macet di depannya.

"Ya... Kita kan legally married. Ngapain juga kamu ke hotel, kalau bisa ke apartemen yang kusewa? Kalau pun ada razia random, kita nggak akan kenapa-kenapa juga karena ada surat-surat pernikahan yang lengkap," jelas Media tanpa menoleh pada Cherry sedetik pun.

Cherry bergumam-gumam sendiri. Lalu, ia pun berkata, "Emang nggak apa-apa aku menginvasi ruang pribadi kamu? Emang kamu ada kamar dua?"

"Nanti aku di sofa depan TV aja, kamu di kamarku nggak apa-apa." Media lalu tersenyum. Entah apa yang di kepalanya, yang jelas dia tidak masalah kalau Cherry akan menginvasi ruang pribadinya.

Cherry berpikir cukup lama. Dia menggigiti bibirnya dan memutar bola mata ke jalanan macet. Saat mobil yang Media tumpangi sudah hampir memasuki pintu tol, Cherry melirik arloji. Waktu memang sudah cukup malam dan bisa-bisa dia sampai di Jakarta baru pada tengah malam. Akhirnya, Cherry pun menjawab, "Ya udah deh, Med. Aku nebeng di tempatmu dulu ya."

"Oke. Nanti kita keluar daerah Antasari ya. Kamu ada yang mau dibeli dulu?"

Cherry menggeleng cepat. "Kalo aku tiduran, nggak apa-apa, kan? Aku ngantuk banget."

"Boleh. Nanti aku bangunin kalo udah sampai apartemenku," balas Media cepat. Lelaki itu langsung menginjak gas dan masuk pintu tol agar tidak disalip orang lain dari belakang yang juga mengantre masuk gerbang tol.

***

Cherry tidur nyenyak ketika guncangan pelan mulai mengembalikannya ke alam bawah sadar. Saat Cherry perlahan kembali dari kondisi tidur, ia mencium aroma kayu-kayuan yang membuatnya nyaman. Cherry mengerjapkan mata perlahan dan menemukan sosok Media yang berada dekat di depan wajahnya.

"Med...?" Cherry tergugu sendiri saat melihat Media tengah menyilang dan tangannya berada di sisi kiri Cherry.

"Eh, maaf, Cher. Dari tadi aku bangunin susah banget. Aku bukain dulu seatbelt, supaya kamu nggak kebelit soalnya aku turunin senderan kursi tadi pas lagi nunggu lampu merah," jelas Media. Dia takut Cherry salah paham dan mengira bahwa dirinya ingin memanfaatkan keadaan.

"Oh... Maaf, aku capek banget soalnya. Biasanya suka jadi gini kalo capek, tidur kayak kebo," balas Cherry tenang sembari mengucek matanya. Meskipun sedikit terkejut, Cherry dengan sigap mengembalikan ketenangannya. Gadis mungil itu tak mau ketahuan 'deg-degan'. Padahal ya kenapa juga kalau deg-degan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Love InvestmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang