Prolog

29.4K 966 60
                                    

Assalamualaikum, teman-teman. Akhirnya aku bisa update cerita baru lagi. Bagi pembaca baru, kamu bisa panggil aku Matcha.

Oiya, Mesin Waktu ini adalah bagian ketiga dari cerita Habibie Mine, yaitu cerita Zahwa si anak bungsu Habibie Jasmine. Yang ingin membeli buku Habibie Mine bisa langsung cek shopee chocovan95 yaaa.

Semoga kalian suka dengan cerita ke 4 ku ini. Maaf kalau masih banyak kurangnya yaa🤍

Happy reading 🦋

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

°

°

°

"Pada akhirnya, aku yang bukan siapa-siapa ini akan kalah dengan dia yang memiliki nasab."

Gama Madafi adalah bagian dari kesalahan Zahwa. Ia pernah menjalin hubungan dengan pria itu. Sebagai gadis yang berasal dari keluarga agamis, tentu pacaran adalah hal yang paling mereka larang dan sudah jelas sekali jika pacaran dilarang dalam islam. Al Birru selaku Abang dari Zahwa , bersikap cukup keras pada gadis itu. Melarang pacaran bukan berarti tidak menghargai keinginan adiknya.

Dan Gama, dia mencintai Zahwa. Tapi, seperti katanya bahwa yang memiliki nasab akan menang di pertarungan ini. Gama tidak berasal dari keluarga yang agamis. Bahkan shalatnya masih bolong-bolong. Dan dia merasa bahwa dirinya tidak pantas berada di kalangan keluarga terhormat, terpandang, seperti keluarga Zahwa.

Lain daripada itu. Gama sudah memiliki image yang buruk di mata Zahwa. Tepatnya pada saat mereka berdua tengah berada di sebuah cafe, kejadian tidak mengenakkan terjadi. Zahwa jatuh pingsan setelah meminum jus pesanan Gama. Dan ketika ia bangun, ia sudah berada di sebuah hotel. Menurut Zahwa, Gama berada di dalam rencana jahat itu.

Maka mulai saat itu, Zahwa memutuskan hubungannya dengan Gama. Dalam waktu yang bersamaan setelah Zahwa pulang dari hotel. Seorang pria bertamu ke rumahnya, bersama dengan kedua orangtuanya. Mereka berniat melamar Zahwa. Seperti tidak ada pilihan lain karena memang dalam keluarga mereka, perjodohan sudah menjadi kebiasaan. Apalagi tidak ada harapan untuk hubungannya dengan Gama.

Jadi, Zahwa memilih untuk menerima lamaran dari pria bernama Afta. Cucu dari salah satu kiya'i terkemuka di Kediri. Dan ayah dari Afta juga teman baik Habibie sewaktu di pesantren.

Butuh waktu satu Minggu untuk mempersiapkan acara pernikahan ini. Sampai akhirnya semuanya berjalan lurus. Satu yang Zahwa temui di dalam diri Afta, bahwa pria itu sepertinya tidak banyak kata. Terlihat dari mulai lamaran sampai hari ini akan berlangsung pernikahan, Afta tetap bersikap cuek dan dingin.

"Anak Umma mau jadi istri orang. Masak telur saja masih gosong di bawah, kurang Mateng di atas. Tapi, setelah Wawa nikah, Wawa pasti bisa semuanya."

Zahwa tersenyum ketika Ummanya mencium keningnya.

"Wa, setelah nikah, kamu harus pinter manjain suami, ya, supaya Afta betah di rumah. Kalau di awal dia masih belum mau satu kasur atau belum bisa ungkapin perasannya ke kamu, nggak apa-apa, nggak usah sedih. Itu namanya bagian dari proses, kakak juga dulu gitu. Umma dulu juga gitu, iya, kan, Umma?"

Jasmine tersenyum lalu mengangguk.

"Intinya jangan lupa ibadah, minta ke Allah supaya diberi cinta, supaya dilindungi, dijaga, dicukupi dengan apa yang kita punya."

Zahwa mengangguk, ia menatap wajahnya di pantulan kaca depan. Satu tarikan senyum terbit di bibir indahnya.

Selang beberapa menit setelah lantunan ayat suci Al Qur'an menggema di area pesantren, suara Al Birru terdengar jelas. Ia berkata.

Mesin Waktu (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang