Happy reading 🦋
🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋
°
°
°
Perasaan-perasaan cemas yang hinggap di kepala Zahwa membuat ia kesusahan untuk tidur. Semuanya berdebat di kepalanya, siapa perempuan bernama Lin? Apakah Afta senekat itu? Kemana Afta malam ini? Semuanya berdebat. Hingga ia tidak sadar jika jarum jam terus berjalan dan sekarang sudah menunjukkan pukul 12 malam.
Suara mobil terdengar jelas. Zahwa turun dari tempat tidur. Membuka pintu balkon. Bisa ia lihat itu adalah mobil Afta. Lelaki itu tersenyum ketika keluar dari dalam mobil. Takut jika Afta melihatnya, Zahwa segera masuk kembali. Ia naik ke atas tempat tidur dan menarik selimutnya.
"Assalamualaikum," ucap Afta ketika ia membuka pintu kamar.
Zahwa menggigit selimutnya. Ingin sekali ia menanyai pertanyaan-pertanyaan ini kepada Afta. Namun, situasinya tidak tepat.
Hingga ketika pagi menyapa. Zahwa turun lebih dulu untuk ke dapur. Ia berdiri cukup lama di depan kulkas. Siapa yang menyetok bahan masak sebanyak ini? Perasaan ia belum membeli apapun. Dan ummi juga belum mengisi kulkas.
"Kelamaan di depan kulkas tidak akan membuat kamu jadi pintar."
Zahwa menutup kulkas. Ia menoleh pada Afta yang baru turun.
"Hari ini saya belum masuk kerja. Kalau kamu tidak bisa memasak, saya bisa ajari. Mau atau tidak?"
"Nggak," jawab Zahwa. Ia mengambil satu butir telur, bawang, cabai, lalu sawi putih.
"Masak telur? Hanya telur yang bisa kamu masak?"
Zahwa mendongak menatap pria berkaos putih polos itu.
"Ini buat aku sendiri. Nggak usah berkomentar!"
"Buat saya?"
Zahwa melempar tatapan tajam, "Buat sendiri," jawabnya.
Afta mengangguk kecil. Ia letakkan gelas kecil sisa minumnya di atas meja. Ia pun membuka kulkas dan mengeluarkan ayam serta bahan-bahan lain. Dapur itu lengang. Tidak ada obrolan. Hanya ada suara percikan minyak, suara pisah yang memotong sayur, lalu suara air kran wastafel.
Ketika mereka berdua selesai memasak. Zahwa lebih dulu duduk di kursi makan. Ia mengambil nasi lalu mengunyahnya cukup malas. Tidak berselang lama, Afta juga melakukan hal yang sama.
"Pintu rumah tidak kamu kunci semalam. Ceroboh sekali."
Zahwa menatap lurus lelaki yang berada di hadapannya.
"Kamu keluar rumah sampai jam 12 malam. Kemana aja?"
"Kumpul sama teman-teman saya," balas Afta.
Zahwa tersenyum sarkastik.
"Pembohong."
"Pembohong? Siapa? Saya?"
Zahwa memutar bola mata malas ketika menatap wajah lelaki itu.
"Ngaku aja. Mas Afta nggak ngumpul sama teman-teman, kan?"
Afta meletakkan kedua sendoknya ke atas piring. Lalu, ia membuka ponselnya. Menunjukkan sebuah foto berisi empat orang laki-laki, termasuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesin Waktu (SUDAH TERBIT)
RomanceMesin waktu tidak akan pernah ada dan Zahwa tidak akan pernah bisa mengundur waktu untuk ia bisa kembali ke masa dulu di mana dia belum menikah dengan Afta. Jadi, Zahwa memilih untuk tetap kuat di masa ini karena ia tahu mesin waktu itu tidak ada ki...