10 Mesin Waktu

8.8K 669 68
                                    

Happy reading 🦋

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

°

°

°

"Mas Afta, pakaian ke kantor udah aku siapkan. Cepat turun, sarapannya hampir selesai."

Afta yang baru keluar dari kamar mandi, tubuhnya bahkan masih terlilit handuk, menyempatkan untuk keluar kamar, berdiri di pembatas tangga, lalu ia membalas.

"Siap, Ibu Zahwa."

Zahwa mendongak menatap pria itu. Ia seketika menggeleng kepala.

"Cepat pakai baju."

Afta meletakkan jarinya di pelipis, menghormat menghadap Zahwa. Lalu, ia masuk ke dalam kamar. Memakai pakaian yang Zahwa siapkan. Ketika tengah menyemprotkan parfum, ponselnya berbunyi. Afta melirik sekilas.

087612350985 : Nomor ketiga ku. Tolong jangan blokir lagi. Aku nggak tahu kamu kenapa. Tiba-tiba jauhin aku. Dirka, kemarin aku baru sakit. Aku nggak bisa makan sebelum kamu jelasin semuanya.

Dirka : fuck!! berhenti hubungi aku

087612350985 : jelasin dulu. Aku mohon, Dirka. Apa salahku? Atau kamu sudah punya yang baru?

Ketiga kalinya Afta memblokir nomor Lin. Suasana hatinya pagi ini begitu kacau. Padahal beberapa menit sebelumnya ia cukup riang. Afta mengambil tasnya, lalu bergegas turun.

"Mukanya kenapa ditekuk gitu?" tanya Zahwa ketika ia menatap pria yang berjalan ke arahnya.

Afta hanya menggeleng kepala. Wajahnya berubah dingin, berbeda sewaktu ia berdiri di pinggir tangga.

"Kalau ada masalah lebih baik buang dulu. Karena pagi ini aku baru praktek membuat menu yang chef Fatry bagikan." Zahwa menarik kursi, "Sini, duduk."

Afta mengamati masakan Zahwa. Keningnya mengernyit. Makanan apa ini?

"Kentang rebus yang dihaluskan? Telur setengah matang tapi di bawahnya gosong? Wortel? Apa ini, chef Zahwa?"

Gadis itu tersenyum. "Nggak tahu namanya. Pokoknya ini menu yang dibuat chef Fatry kemarin. Cobain dulu. Yang penting rasanya bukan namanya."

Afta mengangguk. Ia mulai memasukkan makanan itu ke mulutnya. Dan saat lidahnya sudah menyentuh makanan itu. Seketika Afta ingin muntah. Tapi, ia tahan. Lagi dan lagi.

"Gimana?" tanya Zahwa cukup antusias.

Afta tidak akan mengatakan apapun. Ia tidak akan mengatakan jika masakan Zahwa sangat buruk. Akan lebih jika gadis itu sendiri yang akan merasakannya. Maka, Afta menyuapi Zahwa. Ia memberikan satu suap ke mulut gadis itu. Sama seperti Afta, bedanya, Afta tetap menelannya sedangkan Zahwa memuntahkannya. Sama seperti masakan pertamanya, dulu.

"Buruk sekali. Uweek," hinanya pada masakannya sendiri.

Sedangkan di kursi makan, pria itu tertawa. Mengambil tisu lalu memberikannya pada Zahwa.

"Jangan memasak resep chef Fatry lagi. Atau saya akan sakit perut memakannya." begitu meledek, tapi Zahwa hanya bisa tertawa. Bukan resep chef Fatry yang buruk, tapi Zahwa yang tidak bisa memasak.

"Maaf ya."

"It's oke. Saya akan sarapan di kantor. Sekalian saya pesankan Makanan untuk kamu."

Mesin Waktu (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang