Happy reading 🦋
🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋
°
°
°
"Zahwa."
"Hum." balasnya, ia sibuk memotong buah.
"Zahwa."
"Iya, Mas Afta."
"Saya mulai jatuh cinta."
Pisau itu berhenti bekerja. Pandangan Zahwa beralih ke pria di sebelahnya. Ada anggukan kecil dari Afta.
"Masih tersisa 10 hari lagi supaya genap 1 bulan. Tapi perasaan saya seolah mendorong saya untuk mengatakan ini."
Zahwa menunduk.
"Kenapa tidak menatap saya?"
Kontan, Zahwa mendongak menatap Afta. "Bi-bisa kok, bisa natap. Nih, a-aku tatap."
Telapak tangan pria itu menutup mata Zahwa yang melotot padanya. Ia terkekeh mendapati wajah salah tingkah Zahwa.
"Saya tadi bilang kalau saya mulai jatuh cinta, Aisyah Zahwa Al Akbar."
"Belum beneran suka. Masih mulai, kan? Yaudah."
"Kamu bagaimana?"
"Ha?"
"Kamu bagaimana, Zahwa?" ulang Afta.
"Apanya yang bagaimana?"
Afta mendekatkan bibirnya ke telinga Zahwa. "Bagaimana? Kamu sudah mulai suka ke saya?"
Menelan ludah susah payah tentu menjadi salah satu tanda jika Zahwa begitu gugup. Iris mata pria itu menatapnya begitu intens. Seolah tidak ada jeda disetiap tatapannya.
"Mungkin kamu masih ragu menjawabnya atau mungkin kamu masih belum bisa percaya kepada saya. Tidak apa-apa. Saya bisa menunggu sampai kamu si-----"
"Aku juga sudah jatuh cinta ke Mas Afta. Bahkan sudah, bukan mulai." Zahwa memotong ucapan pria itu.
Buah yang hendak masuk ke mulut Afta segera ia tunda. Afta memperbaiki posisi duduknya. Ia menatap Zahwa semakin intens. Sedangkan Zahwa sudah menunduk malu-malu.
"Zahwa?"
Ada anggukan kecil dari gadis itu.
Lalu disambung kekehan oleh Afta. Ia mengusap rambutnya dan berkata, "Saya tidak tahu harus apa ketika mendengar jawabanmu. Tapi saya senang sekali, Zahwa."
Ketika kesenangan menguasai perasaan pria itu. Zahwa tiba-tiba menyentuh tangan Afta. Wajahnya terlihat datar.
"Mas Afta, aku mau nanya sesuatu."
"Boleh."
Zahwa berdehem. Ia menatap mata Afta. Raut bahagia dari mimik wajah Afta masih terlihat riang sebelum akhirnya Afta terdiam mematung ketika Zahwa bertanya.
"Ada apa dengan empat tahun yang lalu?"
Ruangan kerja yang hanya bisa didatangi oleh orang-orang penting itu seketika lengang. Diam menyelimuti. Zahwa tidak tahu apakah pertanyaannya menyakiti Afta atau mungkin membuat luka lama pria itu muncul kembali. Dan Afta justru berfikir dari mana Zahwa bisa memiliki pertanyaan soal empat tahun yang lalu.
"Kalau belum bisa jawab hari ini nggak papa. Tapi besok-besok mungkin masih akan ku tanyai, sampai kamu mau jujur."
"Sekarang juga bisa kamu dapatkan jawabannya." ini yang Zahwa tunggu. Afta mau menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesin Waktu (SUDAH TERBIT)
RomanceMesin waktu tidak akan pernah ada dan Zahwa tidak akan pernah bisa mengundur waktu untuk ia bisa kembali ke masa dulu di mana dia belum menikah dengan Afta. Jadi, Zahwa memilih untuk tetap kuat di masa ini karena ia tahu mesin waktu itu tidak ada ki...