01 Mesin Waktu

12.9K 790 61
                                    

Happy reading 🦋

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

°

°

°

Beberapa hal berjalan seperti rencana dan do'a kita, dan beberapa lagi berjalan sebagaimana yang ditentukan oleh Allah. Walau kadang menurut kita jalan yang Allah berikan itu cukup tidak baik, tapi kenyataannya itu sudah lebih dari cukup dan tepat bagi hidup kita.

Seperti Zahwa, ia berfikir jika pernikahan ini adalah sebuah istana berisikan cinta dan kasih. Namun, ketika ia berpijak di lantai istana itu, yang ia dapati justru sebuah penghinaan atas harga dirinya. Setidaknya jika Afta belum mencintainya, bicara dengan baik dan lembut. Tapi tidak, lelaki itu justru bersikap angkuh seperti tidak memiliki tutur sopan.

Dan pagi ini drama pernikahan dimulai. Zahwa harus berpura-pura menjadi istri yang begitu dicintai oleh suaminya. Dan Afta sebagai pengatur drama ini harus bersikap layaknya suami yang langsung jatuh cinta pada istrinya pada pandangan pertama.

"Banyak makan, ya, nduk. Pasti capek semalam ya," ucap Ummi dengan sedikit menahan senyum melirik Abi.

"Capek karena habis acara pernikahan maksud Ummi kamu," imbuh Abi.

Zahwa tersenyum kecil mendapati kekehan dari kedua mertuanya.

"Ini ikan bakar buatan Ummi. Dipakaikan bumbu rahasia, coba dicicip, Sayang."

Kedua mata Zahwa membulat ketika Afta memanggilnya dengan kata 'sayang'

"Uuuu, sayang, Abi. Udah sayang-sayangan," ledek Ummi.

Dan Zahwa tambah kaget ketika Afta menyuapinya.

"Buka mulutnya, Sayang."

"Aku bisa makan sendiri," balas Zahwa dengan nada jutek.

Tiba-tiba saja Afta menyenggol kakinya dari bawah. Mata lelaki itu terlihat mengisyaratkan untuk menyuruh Zahwa menurut.

"Ndak opo-opo, Zahwa. Ndak usah malu sama Ummi dan Abi. Terima saja suapan Suamimu."

Zahwa terkekeh pada ummi. Kemudian ia menatap Afta, sedikit mendengus sebelum akhirnya Zahwa menerima suapan dari tangan lelaki itu.

"Enak, Sayang?"

"Enak," balas Zahwa, tersenyum palsu.

Mereka lanjut menyantap makanan yang tersedia. Sampai ketika Afta sudah selesai makan. Ia berdehem kecil, melipat kedua tangannya di atas meja.

"Ummi, Abi. Kira-kira, kapan Afta dan Zahwa dapat izin untuk pindah rumah?"

"Hari ini juga boleh, Nak. Karena pasti kalian pengen punya privasi tersendiri toh? Ummi sama Abi Ndak masalah. Kalau mau hari ini nanti Abi kamu minta tolong ke anak pondok untuk bantu pindahin barang-barang kalian."

Afta menoleh pada Zahwa.

"Hari ini kita pindah, sayang?"

Zahwa berdehem dengan wajah datar.

"Suara istri Afta serak, Ummi, Abi. Jadi sudah bicara. Iya, sayang?"

Dengan terpaksa zahwa mengangguk.

"Nanti ummi buatkan perasaan air lemon, ya, sayang."

"Nggak usah, Ummi," jawab Zahwa.

"Ndak opo-opo, nanti ummi buatkan. Supaya tenggorokannya membaik," jawab Ummi.

Mesin Waktu (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang