chapter 16

2.9K 279 14
                                    

Pindah kamar belum bisa membuat seorang Nabila bisa tidur tenang, sepertinya menginap di rumah Paul adalah bukan pilihan yang tepat itu yang kini terbesit dalam pikirannya. Terdengar kembali suara, tapi kali ini bukan krasak kresek yang terdengar tapi suara seperti orang yang berbicara. Nabila memfokuskan pendengarannya, suara yang ia dengar kata perkata yang kurang jelas seperti sedang berkumur kumur.

"Kak Powl bawelnya sampe ke alam mimpi" ucap Nabila yang kini memerhatikan Paul yang sedang mengigau.

"Apa?? Jangan Nabila! Jangan deket sama Nuca" kata paul samar lalu memiringkan badannya yang sedari tadi terlentang.

"Masih aja Nuca dibawa bawa" ucap Nabila menahan tawanya.

"Gak bisa tidur aku kalau seperti ini, apa yaa??" Kata Nabila dengan tangan mengelus dagunya berfikir keras memikirkan cara mengatasi agar suara ngigau Paul tak mengganggunya.

"Mmmm aheeyy" terbesit ide jahil seorang Nabila.

"Nah kan udah gak ribut lagi, akhirnya bisa tidur dengn nyenyak" ucap Nabila yang telah sukses memakaikan Paul masker dan menutup seluruh badan Paul dengan selimut.

***

Subuh tiba, Nabila mencoba menetralkan cahaya lampu yang menyapa saat iya membuka matanya, mengenyampingkan tubuh mungilnya ke kanan.

"Astagfirullah" ucap Nabila spontan ketika badannya mengarah ke kanan, mukanya tiba tiba sejajar dengan Paul yng kini berbaring di sampingnya dengan pulas. Nabila terdiam mematung sampai pada akhirnya tangan Paul bergerak ke arah Nabila seperti akan merangkul. Nabila sontak menepis tangan Paul hingga paul terbangun dan teriak.

"Astagfirullah Nab, kok kamu disini" ucap Paul membuat keduanya terduduk kaget.

"Seharusnya aku yang kaget kak Powl, astagfirullah Powll" bantah Nabila

"Lah ini kasur aku, ranjang aku" kata Paul dengan menyipitkan matanya ke arah Nabila

"Ish kamu semalam di sofa" kata Nabila menunjuk sofa yang berjarak sekitar 3 meter dari tempat tidurnya. Paul kembli mengingat kejadian semalam dan benar sepertinya kebiasaan kecilnya kumat lagi.

"Benerkan ngelindur lagi, Powl powl bikin malu lu" batin Paul sembari menepuk jidatnya sendiri

"Nah kan, salah siapa sekarang" ucap Nabila merasa menang

"Udah ngigau gak jelas, ngelindur pulak" umpat Nabila

"Dahlah,mau ke kamar aku, sholat, kak Powl sholat juga sana ntar kesiangan" omel Nabila

"Ngomel mulu nih anak dari semalem" ucap Paul.

Kini Nabila beranjak pindah dari kmar Paul menuju kamar tamu yang memang seharusnya ia tempati. Kini tak ada rasa takut karna ia percaya kalau sudah subuh hantu hilang.

Setelah Mandi, sholat dan beres beres, Nabila membantu bi Ida menyiapkan sarapan sembari bertanya tanya soal keluarga Paul.

"Udah berapa lama bibi kerja sama kak Powl" tanya Nabila sembari mengiris ngiris bawang daun

"Semenjak Den Paul sama tuan Aro pindah ke Jakarta Neng" jawab Bi Ida

"Om Aro memang jarang pulang ya bi?" Tanya Nabila membuat bi Ida menghentikan tangannya yang sedari tadi mengiris kol untuk dibuat sayur.

Kini bi Ida menghadapkan badannya ke arah Nabila, bgitupun dengan Nabila, sepertinya pertanyaan nya barusan membuat bi Ida ingin mengatakan sesuatu yang serius.

"Tuan Aro sibuk terus neng, bibi kadang kasian sama den Paul, den Paul harus makan sendiri di meja makan yang sebesar ini, kadang kalau den Paul sakit gak ada yang nemenin" ucap bi Ida dengan mata berkaca kaca

The Gentle RebelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang