chapter 1

4.3K 311 13
                                    


Suara gebrekan motor memenuhi ruang garasi. Entah memang niat pemuda tersebut untuk memanaskan motor atau melampiaskan kekesalan dan kemarahannya. Seringkali membunyikan klakson yang membuat seisi bagasi terasa goncang.

"Hei, what are you doing" Suara pria yang berumur setengah abad itu berhasil membuat Pemuda itu melepaskan tarikan gasnya.

Pemuda dengan kaos oversize hitam lengkap dengan celana jeans yang ia kenakan tak lupa kalung yang ia kenakan tersenyum kepada pria yang berumur sekitar setengah abad tersebut. Ia menengok ke belakang . pria tersebut telah memasuki bagasi motor pribadinya.

"hai, ded.... Lagi manasin motor nih" balas pemuda tersebut.

Lelaki tersebut menghampiri pemuda tersebut. Sembari lelaki tersebut memperhatikan motor yang berada di sampingnya dengan menepuk nepuk pundak pemuda.

"are you oke? Dedy merasa kamu sedang tidak memanaskan motor" Tanya lelaki tua tersebut dengan raut wajah yang khawatir. Ia sudah tahu bahwa memang anak kesayangannya masih belum benar benar melupakan masa lalunya. amarah yang terlampiaskan terlihat dari raut wajah putranya.

"I'm oke ded" kata Paul sambil berjalan mendekati sofa bersama dengan papanya.

Sempat hening, tapi papa Aro segera memulai pembicaraan. Hari ini ia akan berangkat ke Swedia untuk masalah kerjaan. Itu sudah menjadi hal biasa Paul ditinggal sendiri.

"Dedy besok akan berangkat ke Swedia, ada urusan kerjaan lagi disana, sekalian jenguk nenek kamu. Gimana kalau kamu ikut" papa Aro menawarkan agar Pauul ikut saja selama beberapa hari.

"gak usah ded, akhir akhir ini lagi banyak kegiatan kampus" kata Paul. Memang Paul juga salah satu mahasiswa yang lumayan aktif di organisasi. Dia bersama anak geng motornya adalah salah satu anggota BEM kampus yang akan segere mengospek mahasiswa baru. Sudah kebayangkan bagaimana anak Teknik ketika sedang ospek.

"kalau gitu take care disini, jangan awur awuran lagi di jalan" sambil mengelus pundak Paul yang saat itu lebih focus ke hp nya. Bukan karena Paul tidak sopan, Cuma itu salah satu cara Paul supaya raut wajahnya tidak terlihat.

Paul mengangkat wajahnya dan mengucapkan hati hati, lalu memeluk ayahnya. Terlihat wajah Paul yang kecewa selalu ditinggal sendiri dan kurang kasi sayang. 

Keberangkatan Papa Aro ke Swedia untuk kesekian kalinya lagi lagi membuat Paul merenung. Balkon lantai atas Paul adalah sasaran tempatnya untuk merenung sembari menikmati pemandangan. Mengenang semua kebersamaan keluarganya dan sesekali terbesit kenangan bersama mantan pacarnya.

Di balik lapisan kasar seorang Paul yang seringkali di cap bad boy, tersembunyi kepedulian yang tak terungkap dan ketulusan yang terpendam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di balik lapisan kasar seorang Paul yang seringkali di cap bad boy, tersembunyi kepedulian yang tak terungkap dan ketulusan yang terpendam. Hati seorang bad boy merindukan pengertian dan cinta yang tulus, meskipun terkadang mereka sulit untuk mengekspresikannya.

Tiba tiba hp Paul berbunyi, terlihat raut muka Paul datar mengakat telepon. Ya itu adalah Rony sahabat Paul yang selalu nelfon tiba tiba.

"mmm" ucap Paul menangangkat Paul

The Gentle RebelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang