Chapter 17

2.7K 292 12
                                    

Paul memandang kosong kedepan, matanya memerah seperti menahan amarah yang sudah lama ia pendam. Rony yang merupakan salah satu orang yang dipilih oleh Paul untuk tahu lebih dalam tentang masa lalunya itu paham dengan apa yang Paul rasakan.

"Hei broo, aman kan" ucap Rony ke Paul yng saat itu duduk dibelakang nya

Paul mengacungkan jempolnya ke arah Rony, membuat Rony mengajukan tos kepadanya.

Kini perempuan yang bernama Anggi itu duduk dibagian bangku depan, seringkali curi curi pandang berharap Paul akan meliriknya, namun nihil Paul hanya fokus ke arah notebook yang ia bawa.

Kuliah hari itu selesai, sangat sumpek rasanya jika Paul maih ada didalam ruangan. Saat dosen keluar melewati pintu, Paul bergegas keluar dan begitu saja melewati tempat Anggi tanpa menengok sedikit pun. Anggi hanya menatap Paul dalam yang sudah sangat tak peduli dengannya.

"Pauli, gue yakin lo bisa balik ke gue, tinggal tunggu aja sampai kapan lo bisa nahan perasaan lo, gue tahu lo masih cinta kan sama gue?" Batin Anggi.

Paul yang biasanya ikut nongkrong di kantin bersama anak Aodra lainnya kini memilih untuk menyendiri, mencoba menetralkan fikirannya dan membuat sepertinya biasa saja walaupun tak bisa ia pungkiri saat itu hatinya begitu hancur sehancur hancurnya.

***

Dikantin seperti biasa ada Anggis, Nabila, Nuca dan Edo, tak lama anak Aodra masuk ke kantin, mengambil posisi seperti biasanya.

"Kak Powl mana?" Batin Nabika bertanya tanya ketika menyadari tak ada Pauk diantara kerumaunan anak Aodra

Sementara itu, bukan hanya Nabila yang bertanya tanya keberadaan Paul, namun Diman yang baru saja bergabung menanyakan hal yang sama.

"Paul kemana? Tumben gak gabung" tanya Diman. Nbila dari sudut kantin menyimak

"Lagi pengen sendiri katanya" jawab Rony

"Lah ada ada aja si Paul, ada masalah emang?" Tanya Diman

"Gk tahu gue" jawab Rony

"Kak Powl kenapa lagi sih" batin Nabila.

Sementara di Taman kampus, Paul membaringkan tubuhnya diatas bangku panjang. Wajah nya yang sengaja ia tutupi dengan Novel yang ia bawa, tiba tiba diangkat oleh seseorang membuat ketenangan Paul buyar seketika. Saat membuka mata, silau matahari tiba tiba tertutupi oleh seseorang yang sangat ia kenali.

"Ngapain lu disini?" Tanya Paul sedikit kasar sembari mendudukkan badannya dan merampas Novel nya dari tangan perempuan itu.

"Akhirnya gue bisa denger suara lo lagi Pauli" ucap Anggi menatap Paul lekat, namun Paul sama sekali tak melihat ke arahnya.

"Stop panggil gue Pauli lagi, panggilan itu cuma buat orang terdekt gue" ucap Paul

"Kenapa lo tiba tiba pergi tanpa mau dengar penjelasan gue?" Tanya Anggi sembari mendudukkan badannya disamping Paul

"Ck" paul hanya berdecik kasar

"Lo cuma mau ngejelasin, tapi gak sedikitpun lo mau minta maaf ke gue, coba fikir Anggi, disaat gue lagi terpuruk, gue butuh lo, lo malah selingkuh dan yang pling parah, lo bilang ke selingkuhan lo itu kalau gue itu cuma aset lo, yang sewaktu waktu kalau lo butuh apa apa lo tinggal panggil gue" jelas Paul menghadapkan tubuhnya ke Anggis. Kini mereka bertatapan.

"Jadi udah cukup Anggi, plisss jngn ganggu gue lagi" ucap Paul

"Tapi itu gak seperti yang kamu fikirin Paul"

"Gak bagaimana? Ha? Gue ada dicafe yang sama malam itu Anggi, gue denger semuanya, bahkan yng paling parahnya lagi, lo ke hotel bareng cowok itu" jelas Paul dengan wajah memerah.

The Gentle RebelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang