Terimakasih sudah tekan tanda ⭐ disisi kiri bawah sebelum melanjutkan baca chapter ini. 🌝
💞💞💞
"I really want to know about you."
-Rezvan Endrian💞💞💞
Setelah malam lamaran itu, Evelyn merasakan sikap Rezvan sedikit berbeda dari biasanya. Sikapnya yang hangat berubah menjadi agak dingin kepadanya. Ia curiga apa karena permintaannya mengenai pernikahannya sebulan lagi? Tapi itu tidak masuk akal mengingat Rezvan selama ini selalu menuruti permintaannya, dengan kata lain pria itu selalu mengalah dengan Evelyn.
Saat ini Evelyn sedang berada di rumah sakit kekasihnya. Evelyn terus mengawasi gerak gerik Rezvan yang terlihat sibuk. Pria itu seakan ingin menghindari Evelyn. Terbukti pandangannya tidak lepas dari berkas-berkas laporan setiap pasiennya. Evelyn tidak suka diabaikan seperti ini. Ia tidak ingin Rezvan mengabaikannya.
"Vaaaann..." rengek Evelyn menghampiri Rezvan. Tangannya memeluk leher Rezvan dari belakang.
"Hmm..." gumam Rezvan masih fokus pada lembar-lembar kertas itu."Makan yuk, aku lapar," Evelyn memposisikan tangannya di pundak Rezvan.
Rezvan berusaha menyingkirkan tangan Evelyn dari pundaknya dengan lembut. "Aku masih ada kerjaan, Sayang... Bentar lagi ya."
Evelyn mendengus sebal, "Ini udah jam makan siang lho, emangnya kamu nggak lapar? Lagian, kan, kerjaannya bisa dilanjut setelah makan. Ayo dong... I'm starving now!"
Evelyn yakin dengan jurus memelasnya itu, Rezvan tidak akan menolak permintaannya lagi. Rezvan sangat menyayangi dan mencintai Evelyn. Bagaiamana mungkin pria itu menolak keinginan calon istrinya, bukan?
"Aku janji nggak akan lama. Paling lima belas menit lagi," akhirnya Rezvan melirik kekasihnya itu, kemudian kembali pada laporan-laporannya. "Atau kamu duluan aja ke bawah, nanti aku nyusul."
Evelyn terlihat sewot. Ia melipat tangannya angkuh, "No!"
Mau tidak mau Rezvan menoleh dan menatap lagi pada kekasihnya itu. Sambil menghela nafas menahan kesabarannya, Rezvan bersuara, "Sayang, kamu kenapa sih? Kamu tahu kan aku lagi sibuk sekarang? Jadi, please... ngertiin aku sebentar aja. Nanti juga kita makan kok."
"Kamu yang kenapa!" teriak Evelyn marah. "Bisa nggak sih kamu menatap aku waktu bicara? Bisa nggak sih kamu nggak mengabaikan aku tadi?!"
Rezvan terkejut atas kemarahan Evelyn. Ia bangkit dari duduknya, menatap Evelyn dalam yang dibalas dengan tatapan penuh amarah dari kekasihnya itu. "Sayang..."
Evelyn menepis tangan Rezvan yang hendak meraih pipinya, "Udahlah... Aku nggak suka kita ribut..."
Rezvan hanya diam, membiarkan Evelyn melanjutkan ucapannya.
"Aku tahu kenapa kamu seperti ini... ini karena permintaanku mengenai tanggal pernikahan kita, kan?"
"Sayang..."
Rezvan ingin menjelaskan, namun Evelyn keburu memotongnya tanpa memberinya kesempatan. "Ayolah, Van... Kamu sendiri meminta aku untuk mengerti posisi kamu sebagai seorang dokter yang super duper sibuk mengurusi pasiennya. Tapi kamu juga harus ngertiin aku dong... Aku juga sibuk minggu ini mengurusi jadwal pemotretan aku..."
"Eve..."
"Seharusnya kamu bersyukur aku free hari ini dan kita masih bisa bertemu berdua. Aku hanya ingin kita lunch bersama, apa susahnya sih? Lagian cuma bentar kok," lagi dan lagi Evelyn memotong perkataan Rezvan. Membuat pria itu tidak dapat menahan kesabarannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smitten
Roman d'amourMata menyimpan sejuta bahasa yang tidak dapat diutarakan oleh bibir. Fall in love at first sight with someone. Mungkin kalimat itulah yang dapat mewakili dua insan yang saling jatuh hati ketika tatapan mereka beradu untuk yang pertama kalinya. Rezva...