Terimakasih sudah tekan tanda ⭐ disisi kiri bawah sebelum melanjutkan baca chapter ini. 🌝
💞💞💞
“How could the feelings that had been planted in my heart for so long have now died? And now, growing with a new feeling that blooms.”
-Rezvan Endrian💞💞💞
Restoran itu terlihat ramai oleh pengunjung yang mulai berdatangan di cuaca hujan seperti ini. Evelyn mulai gelisah melihat ke sekelilingnya yang mulai padat. Sudah hampir satu jam ia duduk sendiri di meja VIP yang sudah di reservasi oleh Rezvan. Namun, pria tampan itu belum juga terlihat batang hidungnya. Evelyn sudah mencoba berulang kali menghubungi kekasihnya itu. Dan berulang kali pula Rezvan tidak mengangkat panggilannya. Hingga entah percobaan yang ke berapa, ponsel Rezvan malah tidak aktif.
“Shit!” akhirnya Evelyn mengeluarkan kata-kata kasar itu.
Dari arah dapur, terlihat Sean mengernyitkan dahi ketika melihat seorang gadis yang serasa dikenalnya. Ya, Evelyn adalah gadis itu. Ngapain gadis itu berada di restorannya seorang diri? Akhirnya, Sean menutuskan untuk menghampiri Evelyn.
“Hei, Eve…!” sapanya sambil duduk berhadapan dengan Evelyn.
“Hei…” Evelyn hanya menjawab sekenanya. Ia terlihat gelisah dan pandangannya selalu tertuju pada ponsel dan pintu masuk restoran.
Sean mengikuti arah pandang Evelyn dengan heran, “What’s wrong? Tumben di sini sendirian, bukankah Rezvan harusnya di sini juga?”
Evelyn menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya frustasi. “Itu dia! Aku sedang menunggunya. Kami janjian datang ke sini jam 7 tadi. See? Sekarang udah jam 8 lebih!”
Sean meringis prihatin melihat kegusaran sahabatnya itu, “Not usual… Aku tahu banget karakter calon suamimu itu. Dia tidak suka yang namanya telat. Maybe… something’s wrong?”
Evelyn mendelik, “Ya! Hari ini aku mengecewakan dia. Mungkin dia mau balas dendam sama aku. Tapi… Nggak gini juga, kan, caranya?”
Sean menatap Evelyn dengan perasaan kasihan pada gadis itu. Ia tidak berani menimpali sebelum Evelyn menjelaskan semuanya.
“Aku paling nggak suka kalau Rezvan diemin aku, Yan. Itu artinya, dia lagi marah banget sama aku.” Suara Evelyn terdengar pelan dan penuh akan penyesalan. “Tadi pagi, aku minta dia buat jemput aku di rumah. Minta dia buat berangkat bareng sama aku. Tapi… aku malah ikut dengan teman baruku, seorang fotografer bernama Rendy.”
“Oh, ya jelas itu salah kamu. Kenapa kamu malah berangkat dengan pria lain? Cowok mana coba yang nggak cemburu disaat calon istrinya malah memilih pria lain?” sungut Sean merasa kesal dengan Evelyn. Ayolah, Sean seorang pria, ia sangat tahu apa yang dirasakan Rezvan saat itu.
“Ya memang… memang aku akui kesalahanku itu. Maka dari itu, aku minta dia buat dinner bareng aku di sini agar aku bisa meminta maaf secara langsung sama dia. Biar dia itu nggak bersikap dingin lagi sama aku,” jelas Evelyn frustasi.
“Pantas aja ya, tadi pagi itu aku nggak sengaja lihat mobil Rezvan keluar dari kantor Eileen Cantikku, saat aku melewati kantornya. Awalnya aku pikir Rezvan bersama kamu. Tapi…”
“Wait, wait! Eileen?” tanya Evelyn heran.
“Ya… mungkin Rezvan mengantar Eileen ke kantor or something else…”
Evelyn tidak bisa menyembunyikan kernyitan di dahinya. Ia begitu penasaran dan apa yang terjadi tadi pagi dengan Rezvan setelah menghampiri rumahnya? Dan Eileen? Mengapa…?
KAMU SEDANG MEMBACA
Smitten
Roman d'amourMata menyimpan sejuta bahasa yang tidak dapat diutarakan oleh bibir. Fall in love at first sight with someone. Mungkin kalimat itulah yang dapat mewakili dua insan yang saling jatuh hati ketika tatapan mereka beradu untuk yang pertama kalinya. Rezva...