4 - Rasa yang Berbicara

2 0 0
                                    

Terimakasih sudah tekan tanda ⭐ disisi kiri bawah sebelum melanjutkan baca chapter ini. 🌝

💞💞💞

"This heart, its beating as if a negative charge
trying to attract a positive charge from the earth's magnet."
-Eileen Innovyana

💞💞💞

Rezvan keluar dari mobilnya, lalu memasuki pelataran rumah mewah milik keluarga Herlambang dengan sedikit tergesa. Terlihat dari arah yang tak jauh darinya, Rezvan dapat melihat Eileen yang terlihat sedang berada di depan mobilnya sambil berkacak pinggang.

"Eileen..." Seruan Rezvan membuat Eileen tersentak kaget. Rezvan merasa bersalah atas keterkejutan gadis itu. "Eh, sorry... kamu kaget ya?"

"Oh! Kak Rez... Ng-nggak kok, nggak papa... saya hanya lagi panik aja," seru Eileen menjelaskan kegelisahannya.

"Rez?" Rezvan sedikit mengulum senyumnya. Dia merasa senang Eileen memanggilnya dengan sebutan 'Rez', hanya gadis itu yang memanggilnya dengan sebutan itu.
"Eeee... Sorry..."

"It's okay..." Rezvan terkekeh. "Saya mau antar Evelyn ke tempat pemotretannya."

Eileen menoleh heran, "Kak Evy sudah berangkat dengan temannya, Kak. Tidak lama sebelum Kak Rez datang."

"Seriously?" Rezvan membelalak tak percaya.

Eileen mengangguk singkat. Pandangannya kembali tertuju pada mobilnya yang berwarna putih.

"No, I mean... dia sendiri yang memintaku untuk mengantarnya. Tapi dia malah pergi dengan temannya?!"

Rezvan benar-benar tak percaya Evelyn melakukan itu padanya. Bukan apa-apa, dia sedang terburu-buru. Pasien-pasien di rumah sakit sedang membutuhkannya. Tapi setelah dia datang ke rumah kekasihnya itu, dia malah dikecewakan seperti ini.

"Saya sendiri tidak tahu masalah itu, Kak." Terdengar Eileen tidak terlalu peduli dengan masalah hubungan mereka. Demi Tuhan, dia sedang berada dalam masalahnya sendiri pagi ini. Tanpa sadar, Eileen menggeram frustasi.

"Eileen, are you okay?" tanya Rezvan melupakan masalahnya sendiri.

Eileen mengembuskan nafas lelah, "I don't think so."

"What happened?" Rezvan mendekati Eileen hingga jarak mereka bersisian.

"My car..." Tatapan Eileen masih tertuju pada mobilnya. "Saya tidak tahu kenapa mobil saya nggak bisa nyala. Padahal bensinnya sudah saya isi penuh kemarin."

"Oh my... Pasti ada yang salah dengan mobilmu. Nanti minta tolong satpam aja suruh panggilin montir," saran Rezvan.

"Ya, you're right. But..."

"Berangkat ke kantor bareng saya."

"W-what?!" Eileen menoleh tak percaya. Kalimat Rezvan bukan sebuah pertanyaan, permintaan, ataupun ajakan. Kalimat itu seperti perintah untuknya, yang mau tak mau Eileen harus menyetujuinya.

"Yes, kamu sudah telat, kan? So do I... c'mon!" Rezvan sedikit berlari menuju mobilnya yang masih di depan gerbang putih itu.

Eileen masih berdiri di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun. Gadis itu hanya tidak percaya dengan apa yang telah terjadi beberapa detik yang lalu. Rezvan mengajaknya berangkat bareng? Dengan Eileen? Berdua? Tanpa Evelyn? Yang benar saja! Bukannya pria itu sedang terburu-buru?

"EILEEN!" teriak Rezvan yang sudah berada di samping mobilnya.

Eileen tersadar dengan teriakan itu pun segera berlari kecil menghampiri Rezvan. Ya mau bagaimana lagi, dia tidak bisa menolak tumpangan Rezvan. Gadis itu sudah telat masuk ke kantor. Walaupun ia seorang CEO, tapi ia sangat tidak suka dengan keterlambatan. Gara-gara mobilnya itu, ia harus mau menahan debaran jantungnya ketika semobil dengan pria yang bernama Rezvan, kekasih kakaknya sendiri.

Smitten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang