10 - Mengikat Janji

3 0 0
                                    

Terimakasih sudah tekan tanda ⭐ disisi kiri bawah sebelum melanjutkan baca chapter ini. 🌝

💞💞💞

“Is it true that I accepted this marriage
just because of compulsion?”
-Rezvan Endrian

💞💞💞

Suara baritone itu menyuarakan ijab qobul dengan lantang memenuhi ruangan di rumah itu. Setelah itu, kata sah pun menyambutnya, pertanda pernikahan itu sudah terjadi dan kedua mempelai berhasil mengikat janji.

Eileen meneteskan air matanya untuk kesekian kalinya. Gadis itu masih tidak memercayai dengan apa yang sudah terjadi. Apa ini hanya mimpi? Tolong bangunkan ia dari mimpi buruk ini.

Bagaimana bisa? Seorang Rezvan telah menjadi suaminya, begitupun sebaliknya, ia menjadi istri Rezvan. Harusnya tidak seperti itu. Harusnya Evelynlah yang berada di posisi ini. Eileen merasa dia telah jahat. Sangat jahat terhadap kakaknya itu.

Setelah melewati ketegangan diantara mereka bertiga dan kedua keluarga, akhirnya Rezvan dan Eileen mengalah. Mereka berdua mengikuti apa yang diinginkan Evelyn. Walaupun keduanya masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran Evelyn pada saat itu, tapi keduanya masih merasa bersalah terhadap Evelyn. Terlebih Rezvan yang merasa sudah mengkhianati kekasihnya itu.

“Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Eve?” pertanyaan itu dilontarkan dengan nada dingin oleh Rezvan pada Evelyn yang berada dikamarnya. Kamar yang seharusnya menjadi kamar pengantin mereka.

Setelah akad nikah, Evelyn berlari meninggalkan tempat yang seperti neraka baginya itu. Ia berlari menuju kamarnya yang terdapat di lantai atas. Secepat kilat, Rezvan berlari pula mengejar gadis itu dengan mengabaikan Eileen yang berada disampingnya.

Eileen terpaku melihat pemandangan itu. Sepertinya ia memang salah mengambil langkah. Buktinya, Eileen yakin pasangan yang harusnya menikah itu masih saling menyayangi dan mencintai. Mengapa ia dikorbankan dalam pernikahan ini?

Evelyn tersentak mendengar suara Rezvan. Ditolehkannya kepalanya itu pada pria yang berdiri diambang pintu dengan tangan terkepal menahan kemarahan yang takkan ada ujungnya.

“Harusnya kamu tidak di sini,” ucap Evelyn tak kalah dinginnya. “Pergi, dan temani istrimu di sana!”

Rezvan mendengus sinis, “Jadi ini yang kamu mau?”

Evelyn mendelik tidak mengerti dengan pertanyaan Rezvan yang terkesan menyindir padanya.

“Kamu mau aku menikahi adikmu, dan akhirnya kamu membenci kami. Hm?!”

Langkah Evelyn perlahan maju. “Harusnya kamu berterima kasih padaku karena udah membuatmu menikahi perempuan yang kamu suka!”

Rezvan tidak menjawab untuk beberapa menit kemudian. Tatapannya menatap tajam gadis yang hampir menjadi istrinya itu. Matanya memerah menunjukkan bahwa memang Rezvan sangat marah dan kecewa pada Evelyn. Sebelum akhirnya ia bersuara sebelum berbalik meninggalkan kamar itu, “Terserah kamu aja.”

Malam harinya, pesta resepsi pun di gelar di halaman luas rumah besar itu. Semua tamu undangan mulai bedatangan semenjak sore hari. Mereka melihat dengan takjub pada kemewahan dan kesan romantis yang disajikan di malam pernikahan orang yang berpengaruh itu.

Eileen terlihat sangat cantik dan anggun dengan gaun pengantin yang beberapa hari lalu di pakainya ketika fitting dengan Rezvan. Gadis cantik itu tak menyangka jika gaun ini benar-benar dipakai untuknya malam ini. Atau memang Evelyn sudah merencanakannya? Hingga ia menyuruh Eileen yang mencobanya?

Smitten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang