Ini RENJANA dari AU di tiktok, ya!
Semoga kalian suka!---
Langkah kaki Maza berjalan lebar-lebar setengah berlari. Wajahnya pucat pasi, otaknya bertebaran bayangan tidak mengenakkan yang harusnya tidak terjadi. Kabar kakaknya kecelakaan motor membuat gadis semester dua itu bergegas menuju rumah sakit. Kalut.
Hari sudah mulai gelap. Kuliahnya baru saja selesai karena ada pergantian jadwal kelas. Dan sialnya, kabar itu baru saja sampai di telinganya sementara kejadian kecelakaan sudah tiga jam yang lalu. Gadis itu kepalang kesal. Ini kakaknya! Bukan orang lain!
Maza memacu motornya kencang seakan menyerahkan nyawanya pada jalanan. Dia tak peduli. Selama ini dia hidup dengan kakaknya, walau masih ada orang tua. Namun kehadiran keduanya saja jarang.
"Sus, ada pasien atas nama Sakha Armiza kecelakaan sore tadi?" sambil setengah terengah, Maza mencoba bertanya dengan baik dengan resepsionis rumah sakit.
"Kamar VIP Daisy-3, Kak. Di lantai tiga. Mari saya antarkan," setelah memberi kode pada teman resepsionisnya yang lain untuk menggantikan, suster itu mengantar Maza menuju kamar di lantai atas.
Anjir nyusahin segala pakai ambil kamar lantai atas, batin Maza merutuki kakak kesayangannya itu.
Begitu dia membuka pintu kamar, matanya terkunci pada badan yang terbujur lemah di ranjang rumah sakit. Kata suster tadi, kak Sakha masih dalam pengaruh bius setelah langsung dilarikan ke IGD tadi. Ada beberapa tulang patah yang menyebabkannya susah berjalan sementara.
Miris. Maza tidak tega melihat kakaknya seperti itu.
"Adek Sakha?" sebuah suara mengalihkan fokus Maza. Ternyata di sana ada beberapa teman Sakha. Tepatnya tiga orang.
Maza berjalan mendekati mereka. Raut wajahnya tidak bisa diartikan, rambutnya berantakan dan bajunya kusut diterpa angin jalanan yang kencang. Salah satu teman kak Sakha--Kafa--merangkulnya lembut dan mendudukkannya di salah satu sofa kamar.
"He's okay, Za. Jangan khawatir."
Bukannya tenang, tangis Maza justru luruh. Dia terisak keras membuat Kafa khawatir lebih berujung ditoyor temannya yang lain karena sudah menyebabkan Maza menangis. "Bego!"
Sampai akhirnya, karena terlampau lelah dengan semua hal hari ini dan beban mentalnya yang shock, Maza tertidur tenang di sofa.
"Bonyok Sakha kapan dateng?" tanya salah satu dari mereka, Hima. Wajahnya lekat memandangi Maza yang tertidur dengan sisa air mata di wajahnya. "Kasihan."
"Udah gue hubungin, Him. Segera harusnya," timpal Kafa.
Sakha kecelakaan motor dengan motor di persimpangan jalan. Keduanya sama kencang melajukan motor dan berujung tidak bernasib baik. Sialnya, Sakha sampai mengalami patah tulang di mana-mana dan sedikit benturan di kepalanya. Sementara lawan kecelakaannya menggelinding di rumput hingga tidak menyebabkan banyak luka kecuali dijahit bagian betis.
"Maza belum ganti baju, dia pasti gak nyaman. Tapi ya udah lah. Gue ada urusan, bro. Pulang dulu, ya," pamit Hima akhirnya.
...
"Zaaaa! Ambilin sarapan dong!"
Suara menyebalkan itu kembali terdengar pagi ini. Maza yang sibuk menyiapkan barang kuliahnya dengan berat hati mengalah untuk mengambilkan kakak laknatnya itu sarapan. Ini sudah berangsur hampir satu bulan, bahkan kondisi kakaknya jauh lebih baik. Tapi, memang begitu sifatnya.
"Hehehe," cengir Sakha tanpa dosa melihat adiknya dengan sabar membawakan sarapan ke kamar. "Ada kelas pagi?"
Maza mengangguk, "Pulang sore kayaknya, Kak. Mau kerkom dulu buat garap beberapa tugas review."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA (On Going)
RomanceMazaya Sahila, mahasiswi semester awal prodi sastra inggris yang sibuk melakukan banyak kegiatan untuk menghilangkan patah hati masa lalunya. Sebenarnya, ini bukan salah mantan crushnya itu sepenuhnya. Namun lebih karena seorang Maza suka menjadikan...