Welcome backkk 💅🏻
Happy reading yay!RENJANA 09 - INSECURE
"Apa yang ganggu lo, Za?" tanya Sakha dalam.
Maza menoleh. Kakaknya berhenti mengetik, tatapannya lurus namun tajam. Rahangnya mengeras. Ada apa?
"Ganggu gimana?"
"Lo bisa cerita ke gue, Maza. Maaf kalo memang mama sama papa gak pernah ada buat lo. Gue tau seeffort apapun gue gak akan pernah bisa nutupin peran mereka. Tapi gue bisa banget jadi tempat lo cerita," sahut Sakha pelan.
Maza terdiam sejenak. Beribu syukur ia rapalkan dalam hati karena memiliki sosok penyayang seperti Sakha.
"Gue tiba-tiba insecure, Kak," curhat Maza akhirnya. Pikiran ini mengganggunya sejak bertemu Uta. "Gue gak PD bisa dapet cowok yang tulus setelah apa yang gue perbuat ke Uta. Gue takut."
Sakha beranjak memeluk Maza hangat, "Semua orang punya kesalahan, Za. Ada konsekuensinya. Tapi gak harus lo takutin gitu. Positive thinking aja itu karma udah lewat, bukan lewat cowok lain."
"Ish, gak nenangin," sungut Maza. "Tapi seriuuss. Emang gue punya kelebihan apa, sih, sampe bisa deket sama temen lo, Kak? Gue berprestasi aja enggak. Kak Hima kejuaraan basketnya banyak, anak berprestasi juga."
"Kerjaan lo itu, kalo gak punya skill mana bisa diambil?"
Maza terkekeh. Kakaknya tidak pernah menenangkannya dengan baik. Ia punya caranya sendiri.
"Terus kak Hima juga gampang ilang-ilangan. Ish. Makin insecure gue, Kak. Gue se-gak pantes itu, kah, disukai orang?" lanjut Maza. "Kara aja dicintai segitunya sama kak Fayan. Dia cantik, potensi model juga. Gue harus gimana?"
"Jangan dibandingin sama orang lain, dong," peringat Sakha. "Hima gak kayak gitu. Dia serius sama lo, Za. Lagian lo juga banyak yang deketin kali, gak cuman Hima aja. Menurut lo berapa banyak gue tau anak hukum yang suka sama lo?"
Maza makin mendengus, "Ya itu karena lo temennya kak Hima. Lagian yang lain juga gak ada yang ke gue langsung."
"Ya justru karena gue temennya, bego! Gue tau."
Maza terdiam. Ia masih mau denial soal perkataan Sakha, tapi yang diucapkan kakaknya benar. Tapi giliran ia mencoba percaya, sekali lagi ia takut dipatahkan menilik sikap Hima yang seperti bunglon.
"Dek, denger," Sakha mengeratkan peluknya, berbisik di telinga Maza. "Bahkan ketika lo ngira lo gak punya apapun, lo masih punya gue dan mama-papa. Trust me. I'll protect you as much as possible."
Maza justru terkekeh, "Okay. I trust you, Kak."
###
Bukan tanpa alasan kini Sakha duduk gelisah di ruang tamu dengan tatapan tajam. Ia berulang kali mengirim pesan pada Hima, namun anak itu belum membalas juga. Ke mana dia?
Agaknya rasa khawatir Sakha muncul karena kejadian Hima dan Kala kemarin. Gadis itu kembali muncul mengirim pesan tidak menyenangkan.
Beberapa tahun lalu, perbuatan Kala membuat Hima harus kehilangan sepupu dekatnya di depan mata. Bagi anak yang baru saja tumbuh remaja, hal itu sangat menimbulkan efek traumatis.
Ah, tapi bukan hal itu yang paling mengesalkan.
Hima:
Kenapa, sih? Ribut banget cariin gue.Sakha mengerutkan alis sebal. Anak ini! Sudah dikhawatirin tapi malah nyolot!
Sakha:
Lo ke mana? Is everything okay? Lo gak jawab chat Maza, Him.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA (On Going)
RomanceMazaya Sahila, mahasiswi semester awal prodi sastra inggris yang sibuk melakukan banyak kegiatan untuk menghilangkan patah hati masa lalunya. Sebenarnya, ini bukan salah mantan crushnya itu sepenuhnya. Namun lebih karena seorang Maza suka menjadikan...