Haaii! Maaf, ya, baru muncul!
Selamat menikmati Hima dan Maza 🔥###
"Kha, posisi?" suara Hima terdengar serius menyapa orang yang diteleponnya. Ia berdiri di perbatasan fakultas hukum, sendirian.
"Rumah sakit. Kenapa?" balas Sakha.
Sore ini jadwal Sakha kontrol tulang, sementara Maza masih melanjutkan tugasnya di pinggiran kota: interview orangtua dengan anak istimewa penyandang disabilitas.
Sementara Hima sedari tadi mencari Maza tapi tidak menemukannya di kampus. Sempat dichat, namun gadis itu centang satu. Entah sekarang. Yang pasti belum ada jawaban.
"Adek lo di mana? Gue cari di kampus gak ada," Hima berkata langsung, sejurus tersenyum kecil begitu mendengar kekehan Sakha.
"Hahah. Dia lagi kerkom ke daerah kita dulu pernah cari lokasi pantai. Buat tugasnya," jawab Sakha. Yang pasti, Sakha selalu tahu live location adiknya di saat seperti ini.
"Eh, Him," suara di sana merendah. "Lo jangan pikir mau ke mana-mana. Di sini aja udah bener. Serius."
Hima mengerutkan alisnya, "Tau dari mana lo?"
"Mana aja. Jangan lo pikir lo deketin adek gue malah gak ada cerita-cerita, ya. Dipikir gue temen lo dari kapan?! Bangsat."
"Haha, santai, Kha. Gue pertimbangin beberapa hal soal ini. Termasuk kuliah dan adek lo," kekeh Hima. "Nyokap gue juga gak masalah, cuman emang kalo kelamaan gue yang kesulitan sendiri."
"Kafa udah bilang kalo lo ada perubahan, kan?"
"Ya," balas Hima. "Semoga bisa kuat terus aja. Udah."
Tut!
Panggilan itu ia putuskan sepihak.
Tanpa sadar senyumnya mengembang menyadari kepedulian lingkungan sekitarnya. Sakha dan Kafa teman yang sangat loyal walaupun receh. Harus ia akui itu. Sangat.
Beberapa masalah belakangan sedikit-banyak menyita fokusnya. Mulai dari kesehatan, kegiatan kampus dan klub basket, masalah masa lalunya yang masih ia hindari, sampai Maza.
Terutama gadis itu. Sialnya sudah merebut perhatian Hima sepenuhnya.
Menyadari tak ada yang akan ia lakukan lagi di kampus, Hima langsung pulang. Bukan ke rumah, melainkan apartemen yang disewakan orangtuanya.
Rumahnya bukan di sini, tapi luar kota dengan perjalanan dua jam. Ideal, tidak jauh dan dekat.
Bukan hari yang spesial sebenarnya. Sampai apart Hima langsung bersih diri dan mengerjakan tugas. Dia tidak tinggal sendiri sepanjang hari. Keluarganya menyewa ART untuk masak dan bersih-bersih.
Tapi tak jarang Hima masak sendiri. Dia jago.
Saking fokusnya mengerjakan tugas, ia kaget melihat waktu sudah hampir jam sembilan malam. Pikirannya langsung terfokus pada satu nama: Maza.
Hima:
Maza, masih interview?Sambil menunggu sambil ia makan dan melanjutkan pekerjaan. Dia berpikir akan lama, namun ternyata tidak sampai lima menit ada jawaban masuk dari Maza.
Maza:
Masih di tempat, sih, cuman ini mau balik. Kok lo tau, Kak?Hima:
Dikasih tau Sakha.
Udah malem loh ini, kok baru banget balik?Maza:
Huhuuu iyaaa 😭
Gue capek bangett ngettt, gue pikir interview dikit doang ternyata banyak! Mana belum bikin laporannya.Hima:
Deadline kapan?
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA (On Going)
RomanceMazaya Sahila, mahasiswi semester awal prodi sastra inggris yang sibuk melakukan banyak kegiatan untuk menghilangkan patah hati masa lalunya. Sebenarnya, ini bukan salah mantan crushnya itu sepenuhnya. Namun lebih karena seorang Maza suka menjadikan...