10 - SAKIT

24 2 0
                                    

Welcome back everyoneeee!

Bantu share cerita ini ke temen-temen kalian, yahhh :D

Just enjoyy, love you all

== == ==

RENJANA 10 - SAKIT

Playlist: Lowkey -- NIKI (Official Visualizer)

== == ==

Entah harus bersyukur atau tidak. Nyatanya, sepeninggal mama-papa flight ke Belanda Maza langsung demam tinggi. Ia kira semua pikirannya sudah selesai dengan ucapan penenang Sakha dan keluar bareng Hima, ternyata tidak juga.

Bahkan setelah Maza dan Hima keluar kemarin, setelah Hima bertemu dengan mama dan papa Maza, ia justru kepikiran sepanjang malam. Kembali berpikir, is she worth fighting for as Hima said before? She has nothing for real.

Dan akibatnya, pagi ini Maza bahkan tidak bisa bangun sama sekali. Demam tinggi, dengan kondisi Sakha yang harus buru-buru ke kampus karena rapat dadakan BEM fakultas.

Hanya ada bi Uni yang mempersiapkan kebutuhannya dan berberes rumah. Ah, meski dia menempati rumah besar nan mewah, rasanya seperti homeless. Haha.

Sementara di ruang rapat BEM, Sakha sangat berusaha fokus mendengarkan intruksi dari dosen untuk mengadakan event debat terbuka mahasiswa antar-kampus yang sialnya diperintah mendadak oleh rektor.

"Fuck," umpat Sakha pelan--geram.

Kafa yang berada di sampingnya menoleh heran. Tak biasanya Sakha kehilangan kendali ketika sedang di dalam rapat seperti ini. "What's up?"

"Nothing. Just focus, Kaf."

Dan berlalu satu jam setengah yang menyiksa itu. Sakha langsung keluar diikuti Kafa. Ternyata tujuannya adalah ke kantin fakultas demi mendapatkan minuman dingin dan menelepon adiknya dengan tenang.

Mereka tidak ada kelas, sementara yang lain sudah jam masuk kuliah. Jadilah kantin fakultas hukum tidak seramai itu.

"Zaa, gimana? Udah sarapan?" tanya Sakha begitu panggilan tersambung. Rahangnya mengeras, menyadari ia tak bisa langsung pulang.

"I'm okay," sahut Maza lemah. "Kakak fokus aja. Gue udah sarapan, demamnya juga udah turun dikit, hehe."

Sakha menghembuskan napasnya lega. Setidaknya.

"Cepet sehat, Sayangku. Gue ada kerjaan, udah dulu, ya."

Kafa masih setia menunggu Sakha selesai dengan urusannya sambil menikmati pesanan. Tak lama meja mereka penuh disusul dengan Raka dan Nofan yang datang. Tanpa Hima.

Meski sudah selesai telepon, Sakha tetap sibuk dengan handpone-nya untuk beberapa saat. Bahkan Raka sampai bertanya kepada Kafa lewat isyarat mata: Dia kenapa?

"Hima gak ada?" tanya Sakha begitu mengangkat kepala.

"Gak tau, dah. Lagian gak ada kelas juga. Gue sama Nofan ini cuman mampir, mau ke seminar kampus Afara," balas Raka.

"Kenapa sih, lo?" tanya Kafa langsung.

"Adek gue sakit," sahut Sakha mengundang gelengan kepala Kafa. "Gue harus jaga dia beneran, Kaf. Bonyok gue flight ke belanda, dia banyak pikiran. Lo tega adek lo begitu?!"

"Sans, bruh. Gue paham," balas Kafa. "Terus lo maunya apa? Habis ini kita masih harus ngurus proposal buat event dadakan si rektor itu, Kha. Kalau emang mendesak banget gue bisa handle, kok. Tapi jangan salahin kalo gak seperfect lo biasanya."

RENJANA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang