02 - PDKT?

65 5 0
                                    

Haaii!
Selamat membaca, ya! Semoga suka!

###

Pagi ini Maza memutuskan untuk menyambut libur weekendnya dengan memasak. Walau sebenarnya di rumah ada asisten utusan orangtuanya untuk memasak, moodnya sedang baik sekali pagi ini.

"Lah, udah bangun aja. Tumben," sindir Maza ketika melihat kakaknya yang masih sulit berjalan itu di depan televisi.

"Bosen, Za, gue di kamar mulu," sungut Sakha. Ia sedang menonton salah satu channel luar negeri yang berisi kartun.

"Hmm."

Sambil bergelut di dapur, Maza pasang kuping mendengarkan tontonan Sakha yang asik itu. Yah, walaupun mereka sudah sama dewasa, kesukaan keduanya terhadap kartun tidak berubah. Terutama Maza, dia sangat suka nonton barbie.

"Wah, enak baunya," tukas Sakha sambil menghampiri adiknya dengan susah payah.

Pagi ini Maza memasak ayam mentega. Baunya semerbak, enak sekali! Sambil menyiapkan segala hal, akhirnya sepuluh menit kemudian mereka bisa sarapan bersama.

"Masak tiap hari aja lo, Za," kekeh Sakha.

"Yeh, iya kalo gue gak sibuk," balas Maza tak suka. Sedetik kemudian ekspresinya berubah sumringah, "Enak, kan?"

Sakha tersenyum, "Enak banget. Dulu Uta juga suka ayam mentega lo ga, sih?" senyuman Sakha tambah lebar melihat ekspresi tertekuk adiknya.

"Kaak! Kan gue udah bilang gak usah dibahas. Itu udah masa lalu," sungut Maza kesal. Ngapain kakaknya mengungkit hal tak mengenakkan itu di pagi hari?!

"Yaa ya udah, sih, Za. Persis kata lo, udah masa lalu. Lagian kalian cuman apa? Ex crush, kan? Bukan pacar? Gak usah dibawa hati," tambah Sakha.

"H-hmm."

Sakha menahan senyum melihat adiknya kepalang kesal. Dia tau seluk-beluk semua masa lalu Maza, termasuk kelakuan adik kesayangannya itu sendiri. Sakha tak akan ikut campur. Adiknya dengan siapapun tak akan jadi masalah.

Yang masalah, saat ini Maza sedang tidak ingin dekat dengan orang--atau hanya akan dia jadikan pelampiasan selanjutnya.

"Soal Rafi maba hukum kemarin gimana? Lo tanggepin?" celetuk Sakha membuat Maza mendengus.

"Apes banget gue pagi ini pertanyaan lo begitu mulu," keluhnya.

"Gue jarang, loh, tanya-tanya ginian, Za," bela Sakha kemudian tertawa. "Jawab aja, kali."

Tepat beberapa saat sebelum UAS semester lalu, rasa-rasanya Maza dipepet anak hukum. Adik tingkat kak Sakha, dan dia kenal itu. Sosoknya tinggi-kurus dan manis. Sikap dasar laki-laki itu keras. Tapi dia bisa memposisikan diri terhadap perempuan dengan baik.

Dan sayangnya, belum sampai enam bulan sebelum Rafi mendekati Maza, gadis itu baru saja ada masalah dengan ex crush yang dari tadi mereka bicarakan. Rafi hanya salah tempat dan waktu.

"Nggak gue tanggepin, Kak. Dia modal penasaran doang. Mungkin mikirnya gue terlalu sulit kali, jadinya nyerah sendiri," balas Maza sekenanya.

"Yaa orang mana deketin kalau gak penasaran, Za," celetuk Sakha.

Tapi kemudian, mereka membahas hal lain. Kakak beradik itu akur karena mereka bersama sejak kecil. Orangtua keduanya seorang seniman yang dikontrak banyak pihak. Kadang mama mereka ada kontrak di Manila, sementara papa di Jepang. Atau bisa keduanya bebarengan.

Seperti saat ini, kabarnya kedua orangtua mereka sedang menyelesaikan pekerjaan di Singapura. Terakhir pulang mungkin hari kedua setelah Sakha kecelakaan kemarin. Itu pun datang pagi buta, dan flight kembali besoknya.

RENJANA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang