13 - BANTUIN UTA

18 3 0
                                    

Holaaa! Welcome back to RENJANA with Hima and Maza!

Kasih dukungan lewat vote and comment yaa, thank you <3

== == ==

RENJANA 13 – BANTUIN UTA

Playlist: Glimpse of Us – Joji

== == ==

Entah kenapa sepanjang hari Hima tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Ia masih kepikiran soal Maza dan masalah mereka. Apa ia terlalu keras? Tapi menurutnya, Maza juga berlebihan menanggapi soal postingan itu.

Urusannya di rumah belum selesai, ditambah penyemangatnya menjauh. Double kill, bisa jadi langsung ulti bagi Hima. Ia bingung. Tapi jangan sampai ia membebani teman-temannya lebih jauh lagi, dengan mengeluh.

Gue harus gimana, batin Hima frustasi.

Lelaki itu sedang berada di apartemen sendirian. Di dalam kamar, mengurung diri. Masalah yang paling mendominasi pikirannya kali ini hanyalah kemungkinan Maza punya crush lain karena reaksinya begitu aneh ketika Hima memposting foto. Menyebalkan.

"ARRRGGH!" pekik Hima.

Andai dia bisa, dia akan menangis. Semua ini terlalu melelahkan. Sendirian. Sayangnya Hima melupakan cara meluapkan emosinya dengan menangis, sejak terakhir kali perceraian orangtuanya.

Kring!

Telepon dari Sakha merebut atensinya.

"Hm?" sapa Hima lemas. Ia bersandar pada kepala ranjang, dengan sebelah kakinya menjuntai ke bawah.

"Hahah," kekehan di sana menyambutnya. "Ngapain lo?"

"Menurut lo?" balasnya dingin.

"Lucu banget padahal. Malemnya habis pelukan, besoknya langsung musuhan," ejek Sakha puas. "Hebat banget sih lo bisa bikin adek gue nangis sampe segitunya. Sayang banget berarti dia."

Hima terdiam. Maza-nya menangis seperti apa? Apa dia terlalu keterlaluan? Tapi membayangkan reaksi berlebihan Maza sekali lagi membuatnya overthinking.

Apa benar gadis itu memarahinya demi menjaga hati crushnya yang lain? Sial. Dia sangat tahu Maza bahkan memiliki mantan crush yang potensial merusak hubungan mereka.

"Adek lo ada cowok lain ga, sih, Kha?" tanya Hima akhirnya.

"Lah? Malah nanya gitu. Ya jelas enggak, Him. Kalo ada ya palingan mantannya, si Uta," balas Sakha. Exactly.

Hima mendengus. Benar, kan?!

"Mereka gimana?"

"Nothing. Mereka udah gak pernah ketemu lagi setelah waktu itu. Maza juga terlanjur sakit hati," ucap Sakha. "Lo marah ke adek gue gara-gara apa, sih?"

"Gue gak nyangka aja reaksinya seheboh itu. Sampe marah-marah. Jadi gue pikir ada masalah soal cowoknya yang lain," jujur Hima. Kini ia meringis geli menyadari alasannya yang kekanakan.

"Kocak lo. Dia begitu karena kalian belum jadian bego. Pacarin, sana. Sebelum nanti beneran sama Uta," peringat Sakha.

"Gue lagi banyak pikiran, lo tau kan? Jadi gue belum bisa kasih dia apa-apa selain masalah. Tapi lo sama yang lain gak usah khawatir, Kha. Bakal cepet selesai, kok," balas Hima.

"Bakal cepet selesai yang gimana maksud lo? Kalau ini balik lagi soal Kala ya gak bakal selesai, Him. Coba, dia ngapain lagi? Mau apalagi dia setelah dulu kasih berita palsu ke nyokap lo kalo lo ga ada di tangan om Darka?" cetus Sakha tepat.

RENJANA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang