Haaayy, readers!
Semoga suka, yaaa!RENJANA - 06
-Playlist: Enchanted - Taylor Swift###
"Kak, gue ntaran sore ada janji, tau. Kita pulang siang, kan?" suara Maza membuat Hima menoleh.
Mereka sudah melihat-lihat karya beberapa pelukis tanah air sejak tadi. Bagus. Maza sedikit-banyak bisa memahami makna dari lukisan abstrak karena dia memang memiliki darah seniman.
Tapi, semurni apapun darah itu, jika tidak dilatih juga tidak akan jadi apapun.
"Mau ngapain?" tanya Hima. Tangannya sibuk memgambil foto beberapa keadaan di galeri ini. Bukan lukisannya.
"Diajak temen sekelas nongki gitu. Katanya buat celebrate birthday aja," sahut Maza asal. Ia sedang merogoh tas mencari handpone.
Hima tak kunjung membalas membuat Maza mendongak.
"Iya, kan? Masa kita sampe sore di sini. Emang lo nggak bosen, Kak?"
"Siapa yang ngajak?" justru Hima melontarkan pertanyaan balik.
"Fadi, sih. Kenal?" balas Maza santai.
"Sampe sore keluar sama gue aja, Za. Lain waktu kumpul sama temen lo."
Kini fokus Maza terpaku pada pria di hadapannya, "Hmm. Alasannya?"
"For no reason," sahutnya pendek.
Sontak Maza mendorong bahu Hima pelan, "Yang jelas, dong! Kalau mau nahan gue butuh alasan, Kak. Aneh. Cobaa, alasannya apa?
"Nggak ada," tukas Hima. Manik matanya kembali menatap Maza lekat. "Gue gak anter lo pulang kalo gitu."
"Gue naik ojol bisa, sih."
"Nggak, Za. Ikut gue sampe sore. Ya?" suaranya melembut.
"No."
"Kenapa?"
"For no reason," Maza berkata sambil menahan senyum.
Kekehan Hima terdengar, "Celebrate birthday temen lo gak akan lebih dari minum sama makan di kafe. Atau parahnya kalian ke bar dan minum alkohol. Tapi sama gue, gue pastiin lo bakal lebih dari itu. Nyobain street food di daerah patung, udah pernah?"
"Emang gitu?" tantang Maza.
"Buktiin aja sendiri," balas Hima sambil tersenyum miring.
Tanpa sadar bibir Maza melengkung, "Let's see. Sejauh apa lo bisa bikin gue lebih menikmati waktu."
###
Siang ini Maza disibukkan dengan berbagai hal di perpustakaan. Mulai dari belajar pelajaran yang kurang dia paham, sampai mengerjakan satu-dua tugas ringan.
Belakangan ini, tugasnya tidak begitu melelahkan.
"Za!"
Suara seseorang membuatnya tersentak.
Begitu menoleh, yang dia dapati hanyalah sosok Arla dan Naya. Benar-benar kaget yang tidak berfaedah. Lagipula, untuk apa mereka berkeliaran di perpustakaan fakultas seni budaya?!
"Apaan, sih, bikin kaget!" gerutu Maza kesal. Ia menutup bukunya begitu Arla dan Naya mengambil tempat untuk duduk.
"Tadi lo dicariin pak Indra," tukas Arla. Ia menyerahkan satu botol minuman dingin. "Ada tugas."
Maza memutar bola matanya jengah, "Tugas apa?"
"Nggak tau persisnya sih. Cuman tadi kata pak Indra suruh bilangin kalo lo kebagian tugas sama Fani sama Rafi," sahut Arla.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA (On Going)
RomanceMazaya Sahila, mahasiswi semester awal prodi sastra inggris yang sibuk melakukan banyak kegiatan untuk menghilangkan patah hati masa lalunya. Sebenarnya, ini bukan salah mantan crushnya itu sepenuhnya. Namun lebih karena seorang Maza suka menjadikan...