In Different Way

40.4K 128 0
                                    

"Kelihatan cerah banget bos. Panjang ya kemarin?" Goda Tias menaik turunkan aliasnya.

"Jelas panjang, performa gue mana bisa diragukan." Balasnya pada rekan kerjanya itu.

"Busettt, lawan main lo jago dong berarti?" Tias penasaran.

"Jago."

Tasya memang memuaskannya, pintar di ranjang, lihai memainkan gairah dan miliknya, binal dan tentu saja wajah cantik dan tubuhnya adalah faktor utama kejantanannya selalu aktif naik ketika melihatnya telanjang atau pun nyaris telanjang intinya gadis itu adalah pemain yang hebat. Sandro tersenyum saat mengingat kejadian tadi pagi, bagaimana wanita itu berbohong pada ibunya mengatakan bahwa ia mengerjakan tugas bersama temannya. Tugas saling memuaskan heh? Benar-benar gadis nakal, Sandro ingin menggodanya terus menerus.

Sebelum masuk ruang meeting, ia menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Tasya yang isinya membuatnya tersenyum geli.

Jangan lupa pakai cd

***

Tasya mendengus kesal melihat pesan dari Sandro, dia memang binal tapi tidak semurahan itu! Dia hanya murah ketika bertemu dengan pria yang dia mau, seperti Sandro contohnya. Tubuhnya gagah sekali apalagi wajahnya juga tampan, mana bisa ia menolak.

Aku nggak semurahan itu!

Begitu balasnya lalu fokus kepada Jessy yang memanggil dan memarahinya karena tidak memintanya untuk berbohong terlebih dahulu dan mengharuskannya dilanda kebingungan yang secara cepat ia atasi.

"Untung gue tahu kelakuan lo itu dan bisa jawab pertanyaan nyokap lo."

Tasya terkekeh, "makasih deh kalo gitu ntar gue jajanin make up deh, tadi dikasih duit sama temen tidur gue."

"Widih. Ganteng dan gede nggak?"

"Perfect." Jawab Tasya sambil mengedipkan matanya.

"Pantes lo kelihatan berseri pagi ini padahal ada ulangan biologi."

Gadis itu hanya tersenyum lalu melanjutkan langkahnya ke kelas bersama Jessy. Mata cowok-cowok di sepanjang koridor menelanjangi Tasya yang memang mengenakan seragam sekolah yang kekecilan hingga membentuk tubuhnya.

Sesampainya di kelas, ide jahil muncul di kepalanya. Ia mengambil ponsel di tasnya lalu mengambil beberapa foto yang memamerkan asetnya.

Aku mau belajar dulu.

Setelahnya Tasya menyimpan ponselnya dan menunggu jam pelajaran pertama dimulai, ia memang akan segera lulus beberapa bulan lagi, ulangan-ulangan yang dibuat oleh guru-guru mereka bertujuan untuk mengasah kemampuan mereka menjawab soal-soal yang akan diujikan nanti secara resmi.

Tasya menggigit jarinya mencegah senyumnya ketika menerima balasan dari Sandro saat ia membuka ponselnya di pergantian mata pelajaran.

Punyaku tegang, padahal lagi meeting.

Tasya hanya membacanya lalu kemudian balasan lainnya muncul dengan cepat. Ia menikmati kesengsaraan Sandro yang terlihat dari pesan yang dikirimkan secara beruntun itu.

Aku jadi mikirin kamu jilatin penisku sekarang.

Tanggung jawab! Aku nggak bisa fokus lagi.

Kalau aku jadi gurumu, sudah kuhabisi kau di ruanganku sejak menginjakkan kaki di sekolah dengan pakaian seperti itu!

Tasya menahan tawanya karena guru yang akan mengajar sudah memasuki ruang kelasnya. Sandro tidak tahu jika Tasya akan memakai jaket ketika jam pelajaran dimulai karena ada beberapa guru yang keberatan jika melihat pakaian murid seperti dirinya. Tetapi, dulu ada guru yang menghabisinya, Pak Anton, guru honorer yang entah dimana sekarang. Tasya tidak terlalu peduli karena permainannya biasa saja.

Gara-gara Dating AppTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang