Part 9

14.5K 190 1
                                    

Peter POV

"Peter, bangun."

Aku berusaha membuka mataku. Kepalaku terasa berat dan pusing.

"Ayo, Peter. Kita harus berangkat kerja."

"Ashley..." suaraku terlalu kecil. Ini semua salah Rick si keparat! Dia seharusnya tidak membatalkan makan malam kami dan membuat semuanya menjadi kacau!

"Peter ayolah." ujarnya sambil mengguncangkan tubuhku. Punggung tangannya bertemu keningku. Lalu ia menatapku.

"Kau demam. Apa yang kau rasakan?"

"Aku pusing."

"Ucapkan lebih keras, aku tidak mendengarmu." ujarnya mendekatkan telinganya ke bibirku.

"Pusing."

Dia keluar dari kamar. Tiba-tiba ponselku yang kutaruh di tas berbunyi. Lalu Ashley masuk membawa mangkuk dan segelas air mineral lalu memaruhnya di atas meja.

"Tunggu sebentar." ujarnya sambil mengambil ponselnya di kantong celananya.

"Itu ponselku."

"Apa?"

"Ponselku."

"Ah ya, kau benar." ujarnya setelah mengecek notification di ponselnya.

"Dimana kau menaruhnya?"

"Di tas."

Ia mengambil ponselku dan memberikannya padaku. Lalu ia mengambil mangkuk dan menyuapkan soup. Aku mengecek nama yamg memberikanku pesan masuk. Tidak ada. Hanya nomor teleponnya saja yang tertera. Aku membuka pesan itu.

Bisa kau temui aku di bar hari ini? Aku tunggu pukul 8.
-amie

Amie. Aku membalasnya.

Mau apa kau?

Aku menyalakan mode silent agar tidak berisik dan Ashley tidak banyak bicara seperti "Kau tidak membalasnya?" atau "Bisakah orang itu berhenti mengganggumu?" Ashley lalu menyuapkanku lagi.

"Siapa?" tanyanya

"Temanku." Yah, setidaknya di mata Ashley, aku dan Amie adalah teman.

Dia mengangguk. Amie sudah membalas.

Apa kau bisa memberikanku pekerjaan yang mudah dan memberikanku banyak uang? Aku kehabisan uang.
-amie

Dia menghabiskan uang sebanyak itu kurang dari 2 bulan? Yang benar saja!

Kau gila?! Aku tidak bisa.

Tiba-tiba aku secara tidak sengaja membuat air mineral yang ia pegang tumpah mengenai seragam yang ia kenakan untuk pergi bekerja. Oh tidak tidak. Jangan katakan dia akan bekerja hari ini. Karena, pertama, aku sedang sakit. Kedua, dia harus aku antarkan. Ketiga, aku tidak mau si bajingan itu mencium Ashley lagi.

Dia tersenyum melihatku. "Tidak apa-apa. Aku tidak mau meninggalkanmu sendirian dengan melihat kondisimu yang sedang sakit. Jadi, aku minta izin atasanku."

"Hey, kau bisa membaca pikiranku." ujarku kagum

"Tentu. Itu mudah dibaca ketika aku melihat tatapan kecewamu ketika..."

Ponselku berbunyi. Aku tetap menatap matanya walaupun ia berhenti berbicara ketika ponselku berbunyi.

"Lanjutkan." ujarku

"Ketika kau tidak sengaja menumpahkan air mineral. Cepat habiskan soupmu."

"Aku tidak selera lagi."

Second ChanceWhere stories live. Discover now