Part 14

11.5K 174 5
                                    

Amie POV

"Apa yang kau mau?" Aku bertanya pada si pemilik mata berwarna hijau tersebut.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya sebelum kau mendorongku." tatapku sebal.

"Aku tidak bermaksud melukaimu tetapi setidaknya kau tidak tertabrak mobil tadi."

"Apa maksudmu?"

"Kau nyaris tertabrak mobil tadi, nona."

Aku mengerutkan dahi. "Serius?"

"Ya."

"Terimakasih kau telah menyelamatkanku."

Ia tersenyum tulus. "Ah ya. Siapa namamu?"

"Panggil aku Amie. Kau?"

"Harper. Rick Harper." Kami berjabat tangan.

"Ah, ya. Apa yang kau lakukan tadi sampai-sampai kau nyaris tertabrak mobil?" Tanya pria bernama Rick ini.

"Aku hanya..." Aku menarik nafas dalam-dalam. Apa yang harus kukatakan? Tidak mungkin, kan, aku berbicara yang sebenarnya pada pria yang baru saja kutemui?

"Sedih. Itu saja." Lanjutku.

"Errr. Bagaimana dengan baju yang kau kenakan?"

"Aku yakin kau pasti tahu, Tuan Harper."

"Kupikir..." Kalimatnya terhenti.

"Apa?"

"Tidak, tidak apa. Mau kuantar kau ke rumah?"

"Tidak, terimakasih. Kita baru saja bertemu, bukan? Maksudku, aku tidak mau merepotkanmu."

"Aku tidak keberatan sama sekali."

Aku terdiam. "Yah, sebenarnya aku tidak tahu arah tujuanku."

"Kau anemia?"

"Tunggu. Apa?"

"Yah, kau tahu. Dimana seseorang kehilangan ingatan."

"Amnesia." Ralatku. Pria tampan yang bodoh.

"Oh? Seingatku dulu namanya anemia."

Aku tertawa. "Yah, terserah kau saja."

"Jadi kau mau kemana, Nona Amber?"

"Amie. Aku sudah mengatakannya dan kurasa kau anemia."

Dia tertawa. "Jadi... Apa yang kau lakukan disini?"

Pertanyaannya membuatku mengingat kejadian tadi. Aku mulai menatap ke langit dan menahan tangis.

"Oke, maafkan aku. Jangan bersedih, oke?"

"Mengapa?"

"Itu hanya membuang waktu dan tidak berguna. Yah, kuharap itu membuatmu ter-motivasi karena sebenarnya aku tidak punya alasan yang bagus."

"Itu berguna. Kau bisa bayangkan air mata adalah luka yang kita pendam sejak lama. Dan dengan menangis, kau membuang luka itu."

"Bagaimana dengan orang yang menangisi hal yang sama terus-menerus?"

"Berbeda dengan orang yang suka menangis karena alasan yang sama. Bukankah mereka sudah membuang luka yang ia pendam? Untuk apa menangisi-nya lagi? Itu bisa kau sebut membuang-buang waktu dan tidak berguna."

"Ironis."

"Maaf?"

"Kau hampir saja melakukannya, bukan? Menangisi ulang kejadian yang sudah terjadi. Ayolah. Hidupmu akan membosankan jika kau selalu bersedih."

Second ChanceWhere stories live. Discover now