Part 2

33K 359 12
                                    

Peter POV

Ugh. Aku tertidur di luar rumah Ashley. Sialan. Aku hanya ingin mengambil keperawanannya saja. Mengapa begitu sulit? Aku berdiri dan mengetuk pintu rumahnya sambil memanggil namanya. Tidak ada jawaban. Aku menunggu kira-kira 1 jam tiba-tiba pintu terbuka. Ashley. Tetap Ashley yang menawan. Aku memegang wajahnya dan hendak menciumnya. Tetapi ia menghindar dan berjalan melewatiku.

'Ashley!'

Tidak menyahut.

'Ashley aku minta maaf'

Tetap tidak menyahut. Dia masih berjalan menuju pagar.

'Aku minta maaf. Aku hanya ingin memilikimu seutuhnya'

'Tetapi bukan cara itu, Peter!'

'Tetapi semua orang melakukannya! Bahkan seseorang yang lebih muda pun melakukannya! Mengapa kau tidak mau? Apa kau tidak memercayaiku? Apa kau takut kehilangan keperawananmu untuk kekasihmu?' tanyaku sambil mendekat ke arahnya.

'Mengapa kau sangat menginginkanku? Aku tidak mau. Aku telah diajari oleh orangtuaku agar aku menolak seks sebelum menikah. Disentuh pria manapun saja aku dilarang. Mengapa kau memaksaku untuk melakukannya? Mengapa kau membentakku karena masalah ini? Ini hanya masalah sepele.'

Benar juga. 'Kau sangat penurut. Ingat, kau sudah besar! Cepat atau lambat kau akan membohongi ataupun mengingkari hal-hal yang kau janji pada mereka kau tidak akan melakukannya. Dan aku yakin aku akan menjadi suamimu. Oh ya, kau tadi bertanya mengapa aku sangat menginginkanmu? Karena kau sangat menawan.'

Aku mendekat. Sehingga hidung kami saling bersentuhan. Mata kami saling menatap. Ketika aku mencoba menciumnya, dia tetap menghindar. Lihatlah. Betapa penurutnya dia terhadap orangtuanya. Anak aneh. Tetapi aku telah jatuh cinta kepadanya.

'Aku pergi,' ujarnya. Lalu ia melangkahkan kaki ke jalan yang ramai dan memberhentikan taksi. Percuma aku memanggil namanya. Tidak akan menyahut. Menengok pun tidak.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ashley POV

Aku melamun sepanjang hari. Membuat rekan kerjaku bingung. Atasanku pun menatapku aneh.

'Nona Pulham?

'Um ya, Mr. Wagner?'

'Apa kau baik-baik saja? Kau sakit?' tanya Mr. Wagner

'Um ya.... Errr maksudku tidak. Tidak apa'

'Well, jika kau sakit, kau bisa pulang'

'Tidak apa, aku baik saja. Sungguh.' Ujarku sambil tersenyum.

'Baiklah. Aku akan mengecekmu kalau-kalau ada hal yang tidak diinginkan.'

'Terimakasih'

Ketika Mr. Wagner telah menghilang dari hadapanku, aku langsung bekerja lagi. Ah ya! Aku sampai lupa hari ini Ashley akan menginap di rumahku. Aku tidak ingin menginjakkan kakiku di rumah karena... Yah, kau tahu. Peter. Aku menghubungi Ashley. Kuharap ia sedang tidak sibuk.

'Halo?' suara Amie di seberang sana

'Hey Amie, ini aku'

'Hey Ashley. Ada apa? Bukannya kau sedang bekerja?'

'Ya. Kau tidak sibuk, kan? Um, Amie, kau tidak usah menginap di rumahku. Aku saja yang menginap di rumahmu,' ujarku

'Boleh saja, tetapi, Ashley, kau tahu rumahku sangat sederhana dibanding rumah milikmu.'

'That's okay. Asal rumah itu mempunyai tempat tidur, kenapa tidak?' Aku mendengarnya tertawa.

'Amie, kau sedang apa?'

Second ChanceWhere stories live. Discover now