Amie POV
Aku langsung menunduk dan meringkuk. Berusaha tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Dylan berusaha membuka pintu satunya. Bila pintu itu terbuka... Tamatlah riwayatku.
"Dimana kunci pintu lemari sebelahnya?" tanya Dylan.
"Aku tidak tahu." ujar Ashley.
Peter berdeham. "Sebaiknya kau pulang sekarang. Kau telah mengganggu aktivitas kami."
Tiba-tiba handphone-ku berbunyi. Sialan. Bukankah tadi aku sudah menyalakan mode getar?!
"Sepertinya itu bunyi..."
"Sudahlah, sebaiknya kau pulang sekarang. Kami mau melanjutkan permainan kami."
"Itu bunyi handphone..."
"Sekarang."
"Kau tidak patut..."
"Ini apartemen milikku. Keluar dari sini. Sekarang."
Pintu kamar dibanting keras. Aku berusaha menenangkan pikiranku. Dylan sudah pulang. Dylan sudah pulang.
"Amie? Keluarlah." ujar Ashley setengah berbisik. Aku keluar dari lemari.
"Dylan sudah keluar, kan?" tanyaku.
"Ssshhh." Ashley menempelkan jari telunjuk ke bibirnya. Samar-samar kami mendengar percakapan mereka.
"... Dan jangan pernah melihat kekasihku seperti itu lagi seperti kau ingin memakannya"
"Santai, dude. Jadi, kau mau memberikan kekasihmu itu padaku atau membawa Amie kembali padaku?"
Suara langkah kaki. Nafasku tercekat ketika pintu kamar terbuka.
"Hey, adik perempuanku. Aku tahu kau disini. Saatnya kembali pada kekasihmu yang malang itu." ujar Dylan. Tubuhnya dipenuhi dengan luka. Ia tidak berbohong tentang si sinting itu. Dylan menarik tanganku.
"Tidak!" teriak Ashley. Peter menahan Ashley agar tidak membantuku.
"Apa yang kau lakukan, Peter?! Bantu Amie!" Peter tidak menjawab.
Dylan mencengkram tanganku sekuat tenaga dan mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. "Makan ini." Aku menggeleng. Aku berusaha menjauh darinya tetapi sia-sia.
"Jangan memberontak! Kau mau pilih menelan obat ini atau aku tambah menyiksamu?!"
Aku menelan obat yang diberikan Dylan. Aku tidak bisa menahan sakit yang dicengkram Dylan. Ditambah ia juga mencengkram lukaku. Aku merasa sangat lemas. Perlahan ia melepaskan cengkramannya dan menggendongku layaknya anak bayi. Aku bisa mendengar jelas detak jantung Dylan.
"Thanks, buddy." ujar Dylan.
"Apa yang kau lakukan, Peter! Lepaskan aku dan bantu Amie." Terdengar suara Ashley dan isakannya. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku membuka mataku perlahan. Aku masih merasa lemas.
"Sudah bangun kau rupanya. Kau sekarang tidak bisa lari lagi."
Kevin merangkak ke arahku dan melumat bibirku. Ia membuka pakaianku secara kasar dan membuangnya sembarangan. Aku tidak mengenakan apapun sekarang. Ia menjilat putingku dan sesekali menggigitnya. Aku berusaha mendorongnya. Tetapi, tenagaku kali ini tidak bisa diajak bekerja sama.
"Sudah kubilang kau tidak bisa lari lagi. Obat yang diberikan Dylan itulah yang membuat tubuhmu lemas."
Aku hanya pasrah mendengarnya. Ia merangkak ke arah bawahku dan memasukkan kedua jarinya ke vaginaku. Lalu ia membuka celananya. Penisnya terpampang jelas di depan mataku sekarang. Kemudian ia menggesekkan penisnya ke vaginaku. Aku mendesah perlahan. Kevin tersenyum.
YOU ARE READING
Second Chance
RomanceKebingungan. Itu yang sedang dirasakan Amie. Apakah ia harus menerima penawaran yang diberikan Peter? Apa yang terjadi dengan persahabatan mereka jika Ashley tahu Amie telah menjualnya demi uang? This story includes scenes of violence and sex.