Part 15

18.4K 209 25
                                    

Ashley POV

"Ashley, ayo turun," ujar Mom dari lantai bawah.

"Ya, Mom," Aku sedikit berlari menuruni tangga dan langsung menyambar kursi di sebelah Dad yang tengah membaca koran.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi, Dad," Aku tersenyum ke arahnya. Lalu aku mengunyah roti isi ham dan telur.

"Merasa lebih baik?"

"Ya, kurasa."

"Baguslah."

Tidak ada pembicaraan antara Dad dan aku setelah itu. Kami larut dalam kegiatan kami masing-masing. Setelah menghabiskan sarapan, aku berjalan ke arah dapur.

"Tidak, tidak. Tidak akan pernah. Jangan berharap Robert dan putriku mau bertemu denganmu," ujar Mom tegas.

Dengan siapa Mom berbicara?

Aku menaruh kembali piring kotor ke atas meja makan dan berlari ke ruang tamu. Mengangkat pelan-pelan gagang telepon sambil menekan sebuah tombol. Aku melepas tombolnya perlahan.

"Maafkan aku, Cassandra. Aku tahu aku bersalah. Yang berlalu biarlah berlalu. Jangan mengungkitnya kembali," ujar seorang perempuan di seberang sana.

"Kau tidak pernah memikirkan perasaanku."

"Aku memikirkan itu."

"Tidak, kau tidak. Kebiasaanmu tidak pernah berubah. Melakukan kesalahan dan berkata, "jangan mengungkitnya kembali," layaknya aku yang melakukan kesalahan."

"Cass, kau memang selalu begitu. Berapa orang yang sudah menjadi korbanmu? Cobalah memaafkan orang. Kau tidak bisa seperti ini terus."

"Aku tidak bisa melakukannya," ujar Mom lirih.

"Mengapa?"

"Karena aku tidak ingin."

Aku mendengar Mom membanting telepon. Sepertinya aku ketahuan. Aku langsung menaruh gagang telepon di tempatnya. Semoga orang itu tidak sadar aku menguping mereka.

"Ashley? Apa yang kau lakukan disana?" tanya Mom sambil menatapku dari jauh.

"Ah---tidak. Aku hanya melihat foto-foto lama saja." Ya, disini memang ada album foto yang berisi foto pernikahan kedua orangtuaku, dan foto ketika aku masih kecil. Aku pura-pura serius melihat foto-fotonya.

"Jam berapa ini? Bukankah seharusnya kau sudah berada di kantor sekarang?" tanya Dad. Aku melirik jam dinding. Jam 8 pagi.

"Belum, belum. Belum waktunya. Tetapi aku harus berangkat sekarang."

Aku mengecek kembali isi tas. Sudah lengkap. Tidak ada yang tertinggal. Aku berjalan ke arah Mom yang masih menatapku. Menyeramkan.

"Selamat tinggal, Mom. Kau tahu, aku keasikan melihat-lihat foto lama jadi, yah." Aku tersenyum padanya, tetapi ia hanya membalas tatapan sinis.

"Ok, sampai nanti sore. Aku sayang padamu."

"Ya, aku juga. Cepatlah, ayahmu sudah menunggu di luar. Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya jika ia menunggu terlalu lama."

"Ya, ya. Aku tahu. Ok, selamat tinggal."

"Hati-hati di jalan."

----------------

Second ChanceWhere stories live. Discover now