Chapter 1: The Chamberlain's Prince

2.2K 137 8
                                    

Berisik.

Ruangan kelas yang terisi dengan hampir 20 orang siswa di dalamnya.
Terlihat tertib mengerjakan ujian, tanpa keributan dan sangat hening.

Di papan tulis, terukir kalimat
"HARAP TENANG!!!
KERJAKAN DENGAN JUJUR DAN TERTIB!"

Seorang guru wanita dengan tinggi semampai, berjalan mengelilingi jajaran bangku-bangku siswa.

Kacamata yang dipakainya, menambah kesan kuat pada wanita dengan lipstik merah tersebut.

Gerakan yang minim, dan fokus terpusat kepada soal-soal yang disajikan di hadapan mereka, ini seolah jiwa mereka akan masuk tersedot ke dalam kertas berukuran A4 tersebut.

Satu helaan nafas terdengar hening, dari seorang pemuda yang duduk di kursi paling belakang.

Dia berdiri dari duduknya, dan berjalan ke depan seraya membawa kertas ujian. Meletakkannya di meja guru, kemudian keluar dari ruang ujian.

Meninggalkan semua siswa di sana; menggertakkan gigi mereka, dan merasa terbawah.

Saat dia keluar dari ruang ujian, hal yang dia lakukan adalah menelpon sebuah nomor di ponselnya yang dia ambil di meja guru.

"Halo, aku sudah selesai. Jemput aku secepatnya." Ujarnya.

Dia mengambil langkah, dan menjauhi ruangan kelas. Tanpa menunggu konfirmasi selanjutnya, dan langsung keluar dari gedung sekolah.

Tak lama menunggu di teras gedung, mobil mewah berwarna hitam muncul dan seorang supir datang membukakan pintu masuk kursi belakang.

Laki-laki itu masuk ke dalam dan duduk di kursi seberang. Dia membiarkan tasnya mengisi kursi kosong di sampingnya, dan mematikan headset yang dia pakai sejak tadi; membiarkannya menggantung di lehernya.

Sebuah permen lolipop kecil-dia ambil di laci seat control. Meski ada minuman dan gelasnya di sana, dia memilih permen yang disimpan di sana; terselip diantara kompatibel untuk menyimpan gelas.

"Tuan muda bagaimana ujian anda?"

Pertanyaan dari sopirnya, membuat dia menoleh. Dia bersandar dan berkata, "Biasa saja. Semuanya mudah seperti biasa."

Ada arti kebosanan dan juga meremehkan dari intonasi bicaranya yang terkesan datar.

"Anda pasti dapat tempat pertama lagi seperti biasa." Sopirnya berkata dengan tawa yang kecil.

Theophilus tersenyum simpul.
Dia menopang wajahnya,
"Tentu saja. Itu adalah hal yang pasti."

Memakan waktu hingga 1 jam lamanya, Theophilus keluar dari mobil setelah pintu dibuka dan langsung menatap mansion di hadapannya.

Dia menyampirkan tasnya di satu sisi, dan masuk ke sana sendirian.
Para pegawai di luar yang melihat dia, langsung tergesa-gesa menghampirinya. Para tukang kebun bahkan membiarkan peralatan mereka jatuh, dan datang menyambutnya dengan sedikit kerusuhan.

"Halo tuan muda, selamat datang kembali." Ujar mereka semua.

Ada sekitar 7 orang di hadapannya, dan mereka semua adalah tukang yang bekerja di luar ruangan.

Baju kotor, penuh debu, serta keringat yang membuat aroma tidak sedap; adalah hal yang biasa.
Tapi tidak dengan Theophilus.

Dia mengerutkan wajahnya.
Tidak suka melihat mereka.
Rasa jijik ada merambah ke dirinya, saat melihat baju salah seorang pegawai kotor dengan tanah.

Dia tidak membalas salam mereka, dan melanjutkan langkah ke dalam. Sepenuhnya tidak ingin, melihat mereka yang menurutnya tidak sedap dipandang.

"Tuan muda masih tidak berubah, ya." Ujar seorang pegawai.

The Family of Jewels Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang