"Apa anda ingin bergabung, tuan muda?"
Mendengar kalimat itu Caron tersedak ludahnya, dan berusaha mati-matian untuk tidak menimbulkan suara apapun. Sedangkan Irene semakin menekuk wajahnya yang sudah sangat masam.
Dia berbalik dan pergi dari sana. Ketika sampai di depan pintu kamar, sebuah tangan panjang milik pelaku yang menguras emosi kesalnya, meraih kenop pintu terlebih dulu.
"Silakan." Theophilus tersenyum mengulurkan tangan ke dalam.
Bak pelayan di hotel bintang 5, dia sama sekali tidak melunturkan senyumannya bahkan ketika Irene sengaja menginjak kakinya.Setelahnya suara rintihan tidak bisa ditahan, dan dia mengutuk perbuatan anak itu di dalam hatinya keras-keras. Melihat Irene yang kembali tidur, Theophilus menghela napasnya dan juga mulai ikut berbaring di kursi, dan menutup matanya. Menyusul pagi yang akan terbit dalam beberapa jam lagi.
***
"Semuanya sudah selesai, mari kita berangkat."Theophilus berkata setelah mengencangkan tali sepatu Irene. Mereka sudah berada di bawah, namun kejadian dimana Irene yang hampir terjatuh di tangga; karena ikatan tali sepatunya, membuat jantung Theophilus serasa jatuh. Untung saja, Caron menangkapnya.
"Lain kali, biarkan saya yang mendandani anda."
Dia membantu Irene untuk naik ke kereta kuda, dan mendapatkan respon dengusan kasar."Hmph." Irene mengalihkan pandangannya.
"Aku tidak mau seorang yang cabul, dekat-dekat denganku. Kau duduklah di depan dengan kusir itu!" Dia berkata keras, dan menutup pintu kereta dengan cepat.
Membuat Theophilus terperangah. Dia menghela napas kasar, dan kemudian mengambil duduk di samping Bernand. Sebuah anggukan salam diterimanya dari kusir itu, dan tanpa memedulikannya, Theophilus duduk dengan wajah tertekuk masam.
Dia sudah banyak mengalami penghinaan di sini, tapi kali ini Benar-benar tidak bisa dia percaya.
Kereta kuda mulai bergerak, dan selama sisa perjalanan yang belum dimulai itu, Theophilus sudah merasa kesal kepada Irene di dalam kereta.
***
"Kita sudah sampai, tuan Theophilus."
Theophilus yang mengantuk, segera tersadar dan sedikit mengusap wajahnya. Dia turun dari kursi kusir, dan mengetuk pintu kereta.
"Kita sudah sampai, tuan muda. Bukalah pintunya."
Entah bagaimanapun, dia masih merasa kesal dengan anak itu.Sehingga ketika Irene membuka pintu dan hendak turun, Theophilus sengaja menghindarinya dan bergerak ke belakang; mengambil barang-barang mereka.
Caron membantu Irene turun, dan memandangi bangunan mewah yang menjulang di hadapan mereka. "Woah."
Rasa kagum itu tidak berlebihan, Theophilus bisa merasakan euphoria yang besar dari kedua orang di sana selain Irene. Dia membawa tas Irene dan juga miliknya, kemudian mengikuti beberapa langkah di belakang.
"Kalian pergilah untuk mengurus urusan terlebih dahulu, saya akan masuk ke sana bersama tuan muda. Ujarnya sebelum masuk."
Dan diangguki oleh keduanya, mereka memberi salam.Sesampainya di dalam, Irene berbincang dengan resepsionis di sana, sementara Theophilus mengedarkan pandangannya dan melihat area lobby hotel yang penuh. Matanya melihat beberapa orang berjalan ke arah mereka, dan kemudian tersenyum.
Seorang pria mengulurkan tangannya seraya tersenyum.
Irenaeus melepas topinya, dan menjabat uluran tangan pria paruh baya itu."Saya Baron Case Klaus, yang mengelola hotel ini. Kami sudah menerima pemberitahuan jika anda akan berkunjung, silakan tuan-tuan." Dia membimbing mereka, dan keduanya ikut berjalan bersama.
Seorang petugas meminta tas mereka, namun Theophilus menolak halus.
"Tidak apa-apa, saya akan membawanya. Saya adalah pelayan tuan muda, jadi saya yang akan melakukannya." Ujarnya dengan senyuman. Lalu berjalan di belakang Irene.
Ketika sampai di ruangan atas, Theophilus menatap Irene dan tersenyum.
Dia beralih kepada petugas tadi, "Bisa tolong tunjukkan kamar tuan muda?"
Saat petugas itu mengangguk, Theophilus memberi salam kepada orang-orang di sana dan pergi dengan tenang.
"Saya tidak menyangka dia adalah pelayan anda, saya pikir itu adalah pengajar anda." Ujar Tuan Klaus. Mau dilihat bagaimana pun, penampilan Theophilus jauh dari kenyataannya dan malah terlihat seperti seorang bangsawan berpendidikan luhur.
Biasanya para pengajar dari bangsawan, akan ikut serta dalam setiap kegiatan muridnya untuk melihat seberapa mana kecakapan mereka. Namun tuan muda Jewels benar-benar datang sendirian ke sini.
Irene mendengus kecil, dia tersenyum.
"Saya adalah tuan muda keluarga Jewels, tentu saja bahkan pelayan saya harus bagus." Dia berkata dengan santai, namun itu seperti sebuah peringatan.Case tersenyum simpul. Dia kemudian duduk di seberang setelah menghidangkan kudapan bagi Irene.
"Saya yakin, anda sudah mendengarnya tuan muda."
Dia memulai pembicaraan.Irene mengambil teh itu, dan menyesapnya dengan tenang. Membiarkan pria itu melanjutkan ucapannya.
"Pada awalnya kami mengira jika itu adalah sebuah ketidaksengajaan dari aksi pembunuhan. Sehingga kami hanya melaporkan itu kepada polisi, dan tidak ditidaklanjuti lebih jauh. Namun bulan kemarin, kejadian seperti itu terulang kembali."
'Kali ini adalah seorang anak kecil, tunawisma, dan dia ditemukan dalam kondisi yang mengerikan. Saya melaporkan kembali kepada polisi, namun mereka memutuskan untuk tidak menindaklanjuti lagi. Saya khawatir itu akan merusak reputasi bisnis kita, dan merugikan semua pihak."
"Meski pihak yang terbunuh semuanya adalah orang yang tidak pernah terdaftar sebagai tamu, itu akan memunculkan kekhawatiran dari berbagai pihak. Maka dari itu saya megirim surat permohonan kepada Madam, untuk mengirim seseorang agar kasus ini terpecahkan. Saya sangat beruntung, itu anda yang datang."
Kerugian dari spekulasi dan juga perasaan khawatir, akan merugikan semuanya.
Selepas mendengarkan semua penjelasan, Irene meletakkan kembali cangkir di meja.
"Apa ada data diri korban, yang berhasil anda minta dari polisi?"
Tuan Klaus menggangguk keras. Dia kemudian berjalan ke mejanya, dan mengambil suatu dokumen dari laci kerja. Dia menyerahkan itu kepada Irene.
"Untuk korban pertama tidak dapat dikenali, karena wajahnya hancur. Lalu yang kedua, adalah Willy, dia pengemis yang biasanya ada di alun-alun kawasan kumuh. Itu informasi yang berhasil orang saya curi di kantor polisi."
Jelas Tuan Klaus.Irene memerhatikan seluruh detail laporan itu dengan cermat, dia kemudian melihat kepada Tuan Klaus. Senyuman merekah.
"Tuan, tenang saja."
***
Di dalam ruangan itu, hanya ada suara dari tiap halaman yang dibalik. Gumamam tidak jelas, kadang menjadi penambah singkat. Irene tengah duduk di kursi dan menyilangkan kedua tangannya.
"Ini akan sedikit menyusahkan." Gumam Theophilus.
Dia melihat kepada Irene dan tersenyum. "Apa rencana anda, tuan muda?"
Suara dari keramik yang bertabrakan terdengar ringan, saat gelas itu diletakkan kepada piring nampan di tangannya. Irene sedikit merasa ragu.
"Sebaiknya kita menyelidiki soal korban kedua terlebih dahulu."
Bagaimanapun, mereka hanya punya satu korban yang diketahui untuk dijadikan petunjuk.
"Anak pengemis itu?"
Irene mengangguk. Theophilus tidak merespon, dia hanya bangkit dan bergerak memberikan kudapan sore kepada Irene di meja.
Ketika meletakkan kue di piring, dia berkata dengan senyuman tipis.
"As you wish, my Lord."
The Family of Jewels
by Yourtrevi
Chapter 24: END
To Be Continued...
![](https://img.wattpad.com/cover/347100904-288-k739781.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Family of Jewels
Fantasía"Ini ... Tidak mungkin. Aku ... di mana ini?!" Theophilus Chamberlain, seorang tuan muda dari keluarga kaya raya di Inggris. Tidak tahu harus menyebut situasi ini dengan musibah atau bukan. Pulang ke rumahnya yang mewah nan nyaman dengan niat ing...