Chapter 35

150 20 3
                                    

"Soal itu..."

Irene menanti-nanti kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut Theophilus.

Namun sebaliknya di pihak Theophilus, dia merasa lucu dengan ekspresi wajah Irene yang sangat penasaran ini.

Theophilus tertawa kecil, yang mana membuat Irene mengernyitkan keningnya tidak suka.

"Hei! Katakan padaku!" Dia berseru kesal.

Theophilus berdeham, lalu berkata: "Kita akan memainkan peran untuk saat ini. Tuan muda," Dia melihat pada Irene dan tersenyum,
"Anda cukup ikuti saja apa kata saya."

Dia mengedipkan sebelah matanya, dan itu membuat Irene seolah-seolah memakan bangkai sehingga hampir muntah melihatnya.

"Huek!"

Theophilus, ".........."

Kau tidak perlu bereaksi seperti itu, kau tahu?

Irene menghela napas, dan menyeka mulutnya. "Kau tahu?"

Dia tiba-tiba menarik kerah pakaian Theophilus dan menatap tajam.

"Karena kau yang merencanakan ini semua, maka kau harus melakukannya dengan benar. Jangan sampai gagal! Jika tidak—" Mata keduanya bertemu, dan Theophilus bisa melihat kilatan jahat dari mata beryl merah milik anak itu.

"Kau tahu resikonya bukan? Mati." Ucap Irene tanpa ampunan.

Theophilus mengangguk, "Saya mengerti."

Irene melepaskan tangannya.
"Jadi? Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

***

Aula itu berisi lebih dari puluhan penonton, dan sebuah kandang yang berisikan manusia atau hewan-hewan terlarang terletak di pinggir. Sementara eksistensi yang di dalam kandang begitu meringis karena ketakutan dan juga terluka karena penganiayaan, sekumpulan monster dengan wujud manusia masih terlihat mengobrol dan saling berebut barang-barang yang ditampilkan di atas panggung untuk dijual kepada mereka.

"Haha, itu benar-benar mahal."
Ujar seorang wanita dengan topeng di wajahnya.

Dia beralih kepada orang di sebelahnya, dengan tangan yang terus memegang gelas.

"Anda mencari barang yang mana? Sepertinya anda belum membeli satupun." Ujar wanita itu.

Laki-laki itu tersenyum di balik topeng setengah wajahnya, "Belum ada yang menarik perhatian saya. Saya akan menunggu sampai 'perhiasan' di tampilkan."

Wanita itu tertawa rendah.
"Aku dengar dari penyelenggara, katanya mereka akan sangat bagus. Kau bisa melihat-lihat dan kemudian membeli yang paling bagus."

Dia meminum airnya.

Laki-laki itu mengelus dagunya, nampak berpikir. "Apa penyelenggara memberitahu apa saja barang yang akan dijual?"
Tanya dia.

Wanita itu berkata: "Tidak, karena itu akan selalu menyebabkan kekacauan. Entah penyuapan atau transaksi jual beli yang diluar hukum lelang."

Wanita itu mendengus, "Ya Meski dalam lelang illegal, hukum semacam itu tidak ada artinya. Lihatlah."

Tangannya mengarahkan pandangan laki-laki itu ke depan.

Di panggung muncul lagi seorang wanita muda dengan rupa yang indah, dan memikat penonton dengan penampilannya. Meski dia memakai pakaian yang kotor dan wajahnya penuh debu itu akan sangat bagus jika dibersihkan.

Saat itu penawaran dimulai, dan masing-masing dari orang-orang di sana mulai menawar untuk harga yang tinggi.

"Ini adalah tempat di mana kebejatan dan kemerosotan moral terjadi. Dengan kita mengikuti sampai ke sini, bisa dibilang kita sama saja dengan tingkatan rendah manusia. Bahkan mungkin lebih rendah daripada rakyat jelata Kerajaan kita ini."

The Family of Jewels Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang