Rapat para sesepuh

200 23 18
                                    


Yerin natap rumahnya yang sunyi malam ini, nggak ada suaminya ataupun 3 anaknya. Kalau si sulung dan kembaran tadi, minta izin untuk beli peralatan nanjak, nah bungsu ini entah dimana dia berada.

"Kang... kakang!!" seru Yerin memanggil ke seluruh penjuru rumah.

Nihil, nggak ada jawaban. Berarti anak terakhirnya itu emang nggak ada di rumah.

Karna gabut setengah mampus, Yerin akhirnya mutusin buat keluar rumah, nyusul suaminya ke rumah Om Zelo, katanya tadi mau kesana bentar, nggak tau ngapain.

"Assalamu'alaikum..."

Terdengar balasan salam dari dalam rumah, Yerin masuk tanpa nunggu di persilahkan. Matanya menelusuri ruang tamu keluarga Zelo yang udah lumayan banyak penghuninya. Ruang tamunya besar banget, sofanya panjang dan muat buat nampung semua penghuni kosan Satu Nusa.

"Minimal kalau mau rapat tuh harus full team, yang cewe juga harus diajak. Dimana rasa solidaritas kalian waktu pas ngekoss?" Cerocos Yerin dengan wajah dongkol.

"Opini perempuan nggak dibutuhkan disini," sahut Hanbin.

Yerin natap Hanbin nyalang, dari jaman masih muda sampai sekarang hobi Hanbin emang suka bikin Yerin naik darah.

"Udah, sini duduk aja By." Wonwoo narik sang istri untuk duduk di sampinganya.

"Tapi emang harusnya kita para istri juga diajak sih, opini perempuan itu pake naluri." Hayoung datang sambil bawa nampan isinya kopi, ada juga Handong yang nuntun di belakangnya sambil bawa satu nampan isinya kopi juga.

Yang laki-laki alias para kepala rumah tangga, semuanya ngumpul. Yang nggak ada tuh cuma suami si Sana, soalnya belum balik dari jepang. Selain itu, semuanya hadir malam ini.

"Kalo ku hitung-hitung, semua kepala rumah tangga hadir nih. Bahkan Ten? Kapan sampe dari Thailand Ten?" Heran sekali Yerin sepertinya.

"Gue nggak pengen ketinggalan apapun soal komplek dan seisinya. Lo bahkan nggak tau kan kalau ada masalah serius di antara kita?"

Alis Yerin bertaut. "Masalah apa? Kenapa emangnya?"

"Udah makanya kamu diam dulu By, kita lagi tunggu Sana," sahut Wonwoo.

Sana? Kenapa nih? Yerin jadi makin penasaran. Matanya nyari keberadaan Hayoung yang udah duduk di bangku kayu, duduk di belakang kursi Zelo. Ada Handong di sebelahnya. Si double H itu bahkan sampe ngambil kursi kayu dari dapur biar bisa ikut nimbrung.

"Gue bener-bener pengen pukul muka Yuta dah," kata Zelo tiba-tiba dengan suara yang rendah, serem banget.

Hayoung di belakangnya nyahut. "Sabar dulu, kita tunggu Sana. Ngomongnya juga harus baik-baik, jangan sampe salah kata biar Sananya nggak langsung syok."

"Biar gimanapun, Sana pasti syok dan pasti nangis. Gue kalo di posisi dia juga bakal sama," sahut Woozi.

Kembali hening, sampai suara langkah masuk membuat mereka noleh sama-sama ke arah pintu depan.

"Assalam--mualaikum.. om-om dan tante-tante kok ngeliat saya gitu banget?"

Kirain Sana, ternyata yang datang si sulung Jooyeon anak yang punya rumah. Kaget si Jooyeon langsung di tatap rame-rame gitu.

"Kok telat, Bang?" tanya Hayoung.

Jooyeon jawab dengan nada nyanyi. "Jakarta ramaii, ibu kota macet.."

Setelah salim satu persatu om dan tantenya, cowo tinggi itu akhirnya masuk ke dalam kamar. Pegel juga dia salim ke mereka, rame banget.

Setelah Jooyeon menghilang, suasana kembali menegang.

Satu KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang