Alolaaa gess~~
"Hari ini, peringatan ke-7 tahun meninggalnya Ibu, kita berdoa semoga Ibu tenang di sisi Tuhan Yesus dan di berikan tempat paling nyaman."
"Amen."
"Amen."
"Amen."
Yonghee menutup doa, menatap gundukan tanah di depannya dan menatap wajah anggota keluarganya yang lain.
Hari ini semuanya lengkap seperti tahun-tahun sebelumnya. Yonghee bakalan izin ngajar, Bapak Roowon bakalan cuti sehari dan Jayoon juga Jeff bakal izin kuliah kalau misalnya ada kelas. Pagi hari akan mereka habiskan di depan makam Ibu Chanmi yang meninggal 7 tahun lalu karna insiden kecelakaan.
Setelah berdoa, biasanya anggota keluarga ini bakal ngobrol sama makam sang Ibu buat ceritain keseharian mereka, pencapaian mereka, atau suatu peristiwa yang membekas di hati mereka.
"Boleh Bapak duluan ya anak-anak?" tanya Rowoon pada anaknya.
Ke-tiga anak itu mengangguk dengan pelan, Rowoon menghela napas.
"Akhir-akhir ini mebel lagi banyak masalah, pengeksplor kayu langganan kita dari awal kita bikin mebel, itu loh pak Wijaya. Dia lagi sakit dan anaknya ambil alih usahanya, terus anaknya nggak mau kerja sama lagi sama kita Mi, jadi sekarang agak kacau karna 80% kayu kita dari pak Wijaya. Aku lagi berusaha cari pengeksplor kayu dari daerah jawa timur, doain aku yaa biar nemu yang kayak pak Wijaya."
Rowoon ngomong sambil ngusap-ngusap batu nisan yang tertulis nama Chanmi.
Setelah di rasa cukup, Rowoon mempersilahkan anak-anaknya yang berbicara lagi. "Ayo.. mau siapa dulu? Abang, Kakak atau Jeff?"
"Jeff dulu, Bapak." Jeff menyamar.
Jayoon senyum kecil, dari dulu Jeff selalu bersemangat ngomong sama makam sang Ibu, walaupun kadang yang dia omongin itu nggak penting-penting banget, kayak misalnya...
"Bu, boleh nggak Jeff minta tolong? Tolong dateng ke mimpi Kakak, Bu. Kakak bandel, padahal udah Jeff bilang jangan sering makan seblak tapi tetep nggak mau denger. Seblak itu nggak sehat, nggak boleh di makan tiap hari. Padahal Jeff udah kasih jatah seminggu dua kali buat makan seblak, tapi kakak kemarin malah diem-diem makan seblak bareng Kak Jaehee di rumah tante Yerinn. Tolongin Jeff ya Bu, makasih Ibuuu." Jeff ngomong panjang lebar sambil sesekali liat Jayoon dengan tatapan jengkel terus liat ke makan Ibunya dengan bibir yang di poutkan.
Jayoon mau ngelak, "Kata siapa kemarin Kakak makan seblak? Nggak tuh, kemarin kakak sama Jaehee cuma makan kerupuk rebus viral yang di campur sama cabe, kencur, dan bumbu lain terus di guyur pake minyak terus diaduk."
"Itu tetep seblak kak, seblak coet Mamang Rafael," sahut Yonghee sambil ketawa pelan.
Jeff makin kesel, tapi Jayoon nggak ambil pusing lagi. Sekarang gilirannya buat ngobrol sama Ibu.
"Buuu... kemarin Kakak dapet album debut Seventeen dari Jaehee, album debut yang bener-bener kakak pengen dari SMP tapi ngerasa rugi kalo beli sekarang. Kakak dapet dari Jaehee itu imbalan karna nahan si Abang 5 menit biar Jaehee, Jeongwoo sama A-min nggak telat masuk kampus soalnya Abang waktu itu udah mau otw. Kocak banget mereka Bu."
"Loh, Jadi... hadeuhh kamu nih Kak, lain kali jangan gitu."
Jayoon nyengir denger ceramah pendek dari Abangnya. "Heheheh, iya deh nggak lagi-lagi."
Bapak udah, dua adeknya juga udah. Sekarang tinggal Yonghee. Si bapak dosen muda itu narik napas dulu, terus beraniin diri buat ngomong.
"Bu, Abang pengen nikah tahun ini. Tapi, masih bingung ngajak nikahnya gimana, soalnya Abang sama dia nggak pacaran, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Kita
FanfictionGimana jadinya kalau anak kosan Satu Nusa udah nikah, punya anak, dan tinggal di komplek yang sama? Tentunya kalian nggak bakal nemuin ketenangan ya ges ya, soalnya sifat-sifat orang tuanya yang berisik juga pada nurun ke anak-anaknya. Nama Komplek...