Chapter 4

216 47 7
                                    

Setelah diliat-liat, sumpah wattpad aku nganggur banget ya, bun. :'))

But anyway, here you go. Anan sama Abi siap mulai merusuh ;)

 Anan sama Abi siap mulai merusuh ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Anandara

Kapan terakhir kali aku dijemput lawan jenis di rumah? Nggak pernah.

I basically got zero experience about this. Let alone being this specific: dijemput seorang laki-laki di rumah, direpotkan karena aku memakai kebaya panjang, sampai diberi ruang untuk merias wajah di dalam mobilnya, sampai dia harus memelankan laju mobil karena takut make up-ku berantakan.

Nggak enak? Tentu saja enak. Tapi, aku juga cukup tahu diri betapa merepotkannya aku. Ibarat dikasih hati, aku minta satu meja prasmanan.

"Sorry, ya. Gue ngerepotin banget," kataku begitu kami turun dari mobil, bersiap menuju ruangan persiapan yang disediakan untuk pihak keluarga.

"Santai aja. Lagian gue juga udah dibayar pakai lasagna tadi, kan?" Abi terkekeh, lantas menahan pintu kaca lebih dulu dan mempersilakanku masuk.

Ah, ya. Berhubung Abi datang cukup pagi, aku menawarkannya untuk makan. Aku sengaja memasak lasagna karena berpikir lebih mudah dijadikan sarapan cepat. Dengan jasa seperti ini, harusnya aku memberi makanan yang lebih baik.

I definitely owe him for this.

Begitu masuk, para om, tante, serta saudara-saudaraku sudah ada di dalam ruangan. Beberapa sudah selesai dirias, sementara kebanyakan masih menunggu giliran. Ini sebabnya aku memilih untuk make up sendiri. Selain karena lama, aku merasa mendadani diri sendiri akan lebih memuaskan. Seenggaknya kalau salah, aku nggak perlu menahan diri mengomeli diri sendiri.

"Oh, Anan datangnya sama Abi?" Tante Sani yang pertama menghampiriku. Sebenarnya sejak masuk, aku sadar beberapa orang langsung menoleh ke arahku.

Atau lebih tepatnya pada Abi sih.

Aku yakin salah satu tanteku, terutama yang paling julid, bertanya-tanya siapa persisnya pria di dekatku ini. Setiap ada acara keluarga, aku selalu datang bersama Mama. Dan tiap ada momen berkumpul, akan ada satu pertanyaan wajib terarah padaku.

Tanpa perlu disebut juga pasti sudah bisa ditebak lah, ya. It's exactly that question.

Tante Sani mungkin nggak banyak bicara, tapi Om Kalvin? Entahlah.

"Halo, Tante." Abi menyapa dan menyalam Tante Sani. "Ini nggak apa-apa saya masuk? Kayaknya buat keluarga Chandradewa aja."

"Ah, kamu. Kayak baru kenal aja." Tante Sani tertawa sambil menepuk lengan Abi.

"Gue hanya mau taruh barang sekalian ambil buku-buku buat dibawa ke meja penerima tamu aja kok," tambahku. "Bentar, ya."

Nggak ingin membuat menunggu, aku langsung ambil langkah dan mencari barang-barang yang perlu kubawa. Sengaja aku hanya menyapa tante-tanteku lewat anggukan kecil sambil bergerak cepat. Kurang dari lima menit, aku sudah siap di meja tamu. Begitu pun Abi.

Come Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang