Chapter 9

158 34 5
                                    

Akhirnya update lagi.

Dari Januari aku fokus di fizzo buat ngejar tamatin cerita (plus aku lagi revisian mwehehe). But now setelah udah mulai kosong, aku baru bisa balik Wattpad lagi. Aku juga mulai nyoba aktifin Twitter lagi, so ... yeah.

But anywayy, selamat membaca!

But anywayy, selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---


Anandara

It's easier to judge something when you aren't part of it.

Aku suka geleng-geleng kalau teman kantorku—kebanyakan cewek—cerita seberapa waswas dan degdegannya mereka sebelum jalan bareng gebetan. "Enaknya gue make up gimana, ya? Jerawat gue lagi parah banget nih," atau "parfum gue baunya nggak nyengat, kan? Nggak bakal bikin dia kabur?" bahkan bisa juga sampai ke "menurut kalian gue enaknya pakai dalaman model apa?"

Cinta bukan hanya buta, tapi juga bisa membuat kewarasan seseorang menurun drastis. Dan sepertinya aku perlu menjilat ludah sendiri sekarang.

Kemarin sore Abi mengabari dia sudah tiba di Soetta, dan besok pagi—alias hari ini—akan menjemputku dan menagih janji. Aku sudah menandai beberapa tempat untuk dikunjungi, hanya saja begitu sadar realisasinya akan dilakukan besok membuat kepanikanku terpancing. Tiap mau tidur, otakku secara kurang ajar memutar berbagai skenario memalukan.

Teman-temanku boleh saja panik karena ingin memberikan kesan baik kepada orang yang mereka taksir. Lalu aku? Apa alasanku? Buat apa aku bertingkah seperti remaja kasmaran? Lagi pula, ini bukan pertama kalinya aku bertemu Abi. Di bereberapa video call kami, dia juga sudah melihat aku tanpa make up atau rambut yang masih dililit handuk sehabis keramas. What can be worse that that?

Sialnya, sekeras apa pun aku mencoba mengingatkan diri supaya nggak perlu terlalu memikirkan hari esok. Ketemu doang, Nan. Tinggal haha-hihi sambil makan enak.

"Gue bakal pastiin lo nggak pernah ngerasa kesepian."

Blessed be hidup miris Anandara Jovanka.

Semalaman, grup WhatsApp Paguyuban FAPP—Fakultas Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan—berisikan rekan-rekan gosipku jadi ramai setelah aku mengirim pertanyaan singkat: kalau jalan santai pas weekend enak pake baju apa?

Jawabannya nggak membantu sama sekali. Bukannya mendapat jawaban, aku justru panen sejumlah godaan dari teman-temanku.

Akhirnya weekend pergi bukan buat ngisi acara kampus ya, Nan? Pecah telur nih

Sama siapa tuh jalannya?

Spill cowok yang berhasil bikin Anan nggak jomlo

Senin nanti siap-siap wawancara ya, Ibu Anandara.

Lo jalan sama cowok modelan gimana, Nan? Perlu riset lapangan nih biar pancingannya pas.

Come Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang