Satu minggu berlalu pasca tragedi Syeila. Dan satu minggu pula, Luka sama sekali tidak terlihat di SPANDA. Lara duduk sendirian di bangku yang dulu dirinya duduki bersama dengan Syeila, dia menoleh ke bangku tempat dimana Luka biasanya duduk. Kosong, bangku itu kosong, sudah satu minggu penghuninya tidak menampakkan diri.
"kamu kemana luka? Kamu baik-baik saja kan?"
"Lekas kembali luka, aku merindukanmu, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi disini"
Ucap Lara membatin dalam hatinya. Sedari tadi dirinya tidak fokus belajar. Bahkan saat guru sedang menerangkan materi di depan, dirinya malah melamun berkutat dengan isi kepalanya yang berisik.
"Permisi Bu, maaf mengganggu waktunya"
"Ah iya pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin memanggil Ilara Dwipa untuk menemui pak direktur"
"Oh Ilara ya? Baiklah sebentar"
"Ilara Dwipa..."
Namun tidak ada sahutan sama sekali. Hingga mis rani pun menghampiri bangku Lara.
"Ilara Dwipa!"
"A-ah i-iya Bu"
"Pak direktur ingin kamu menemuinya, segera ke ruang pak direktur sekarang"
"H-hah? B-baik Bu, permisi"
Sesampainya di ruang direktur.
"Selamat siang Ilara Dwipa?"
"S-siang pak, a-ada yang bisa saya bantu pak?"
"Iya, dan semoga kamu bisa membantu saya"
"A-apa yang harus saya kerjakan pak?"
"Ikut saya, saya mau kamu menemui cucu saya"
"L-luka? Maaf tapi sebenarnya apa yang terjadi pada luka pak? Kenapa luka tidak ada kabar sama sekali?"
"Kalau kamu ingin tahu jawabannya, kamu ikut saya sekarang untuk menemuinya"
"B-baik pak, t-tapi Luka baik-baik saja kan pak?"
Namun Adi sama sekali tidak menjawab pertanyaan Lara. Lara berjalan mengekori direktur tersebut menuju ke mobilnya. Dirinya tidak tahu akan dibawa kemana, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Luka. Mobil tersebut berhenti di sebuah rumah, ralat bukan rumah, ini lebih terlihat seperti istana.
"Silahkan masuk Ilara"
"B-baik pak"
Mereka berjalan menaiki tangga dan melewati beberapa ruangan. Sampai mereka tiba di depan sebuah ruangan yang cukup besar, "ruang apa ini? Besar sekali" batin Lara.
"Silahkan masuk Lara, saya harap dengan kehadiran kamu, dia bisa lebih baik"
"B-baik pak"
Ilara pun memasuki ruangan tersebut, dan ternyata itu adalah sebuah kamar ah bahkan kamar ini seukuran dengan ruang tamunya. Namun belum selesai ia merasa takjub dengan kamar tersebut ia dikejutkan dengan seorang lelaki yang sedang duduk sambil memeluk kedua lututnya di samping nakas. Luka, lelaki itu adalah luka.
"L-luka? Hey? Kamu kenapa disini? Disini dingin, kita duduk di kasur saja ya?" Ucapnya sambil membantu luka untuk berdiri. Namun tiba-tiba Luka menepis tangannya.
"Tidak! Jangan sentuh aku! Nanti kamu mati bila menyentuhku!"
"Luka? Enggak luka? Aku ga akan mati, kamu tenang ya sekarang ayo berdiri"
"Sudah aku bilang jangan sentuh aku! Aku pembunuh! Aku pembunuh! Aku psikopat! Papaku bilang kalau aku ini psikopat!"
"Luka, engga luka, kamu bukan psikopat, kamu bukan pembunuh luka, itu semua bukan salah kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LARA : what is happiness?
Jugendliteraturtentang luka seorang lara yang sedang mencari bahagia. Dan tentang seorang luka yang mencoba memberi kebahagiaan kepada lara. Apakah Luka akan berhasil menjadi bahagianya Lara? Atau malah justru dia akan menambah Luka Lara? Jangan berhenti sampai d...